Abstraksi Cinta 11

Cinta pada manusia tak pernah salah. Hanya terkadang cara manusia mendefinisikan cinta yang kurang tepat. Ada di antaranya yang mendefinisikan kata itu dengan sebuah rasa suci untuk terus menkasihi seseorang yang dicintainya tanpa berharap lebih. Istilah populernya, cinta tak harus memiliki. Tapi ada pula yang ketika ia merasakan sesuatu yang dikatakan cinta, maka ia harus memiliki hati yang dicintainya, meski belum waktunya. Inilah yang kemudian dipahami sebagai konsep pacaran.

Orang-orang yang memutuskan untuk pacaran, adalah mereka yang sudah harus menerima risiko dari hubungan ini. Risiko pertama adalah kamu harus paham bahwa pacaran tidak akan menjamin hubunganmu akan langgeng. Ada yang mengatakan bahwa takdir pacaran itu adalah untuk putus. Entah putus yang di tengah jalan, atau memang sudah harus diputuskan karena akan melanjutkan ke jenjang pernikahan. Namun perkara paling umum yang membuat banyak orang galau adalah ketika putus cinta yang kandas di tengah jalan.

Ketika mencintai seseorang dalam konteks pacaran, harus siap risiko kehilangan setiap saat. Tak ada jaminan dia akan terus bersamamu meski kau sudah memberikan segenap perhatian dan waktumu. Namanya juga hubungan tanpa ikatan resmi, tak ada beban dia untuk meninggalkanmu kapanpun. Dia sedang dimana, berbuat apa, dengan siapa, tak dapat kau pastikan. Toh dia hanya pacarmu, hubungan tanpa ikatan yang hanya berdiri di atas tali semu yang dianggap sebagai “cinta”? Tak ada gunanya juga kau bersikap posesif, yang harus selalu tahu aktivitas dia setiap waktu. Bahkan jika dia berbohong pun, kau tidak akan tahu.

Jangan pernah marah, kecewa, apalagi menangis apabila putus cinta. Itu sudah menjadi risiko para oportunis yang berada di bawah payung hubungan pacaran. Pacaran tak akan pernah menjamin apa-apa. Bahkan kau telah akrab dengan orangtuanya, atau hafal semua kebiasaannya sekalipun, tak menjadi ukuran bahwa dia tak akan meninggalkanmu ketika ada orang lain yang dirasa lebih cocok. Apalagi jika kau suka membanggakan pacarmu dihadapan orang lain. Ini biasanya dilakukan oleh perempuan yang dihadapan laki-laki lain sering menyebut pacarnya dengan “cowo gue.. cowo gue..”. Tahukah kamu apakah pacar kamu akan melakukan hal yang serupa? Namanya juga pacaran, tahap penjajakan seperti katamu, tak salah bukan jika membuka peluang untuk hati-hati yang lain jika memang terbukti lebih baik?

Baca juga:  Forgiveness

Jika kau, yang mendefinisikan cinta dengan hubungan semu  bernama pacaran, sekali lagi tak akan menjamin apa-apa. Buat perempuan jangan merasa senang dengan pacarmu yang rajin menelpon atau sms setiap hari, hobi antar dan jemput, suka memberi kejutan atau hadiah, atau hal-hal lain yang lazim dilakukan saat pacaran. Fikirkanlah, sebelum ada ikatan agama atau hukum, apakah tak menutup kemungkinan perhatian itu dia berikan kepada perempuan lain? Dan apabila suatu saat dia meninggalkanmu, tak perlu marah, itu sudah jadi risikomu. Kau sudah cukup senang bukan ketika menjadi pacar, dan itu saja yang kau dapat. Jangan salahkan pula ia apabila selingkuh sebagai alasan meninggalkanmu, itu hak dia. Kau tak mengikat apa-apa, dan dia tak mengikatmu dengan apa-apa pula.

Bahagialah para perempuan apabila laki-laki yang mencintaimu mengimplementasikan cintanya dengan menemui orang tuamu untuk kemudian melamarmu. Bukan malah menghinamu dengan ikatan semu bernama pacaran. Sesungguhnya seorang laki-laki baru dikatakan laki-laki sejati jika punya keberanian dan kemantapan hati untuk melamar ke orang tua perempuan pujaannya. Belum laki-laki namanya jika hanya berani pacaran diam-diam, telpon-telponan hingga subuh menjelang, atau berani menyentuh sebelum cukup mampu untuk mengikat janji.

Sedangkan bagi laki-laki, bahagialah apabila perempuan yang kamu cintai rela menunggu dalam diam hingga kau punya keberanian untuk melamar ke orang tuanya. Bukan perempuan yang mengharapkan hubungan semu bernama pacaran atau selalu mendesak untuk kejelasan hubungan. Kau laki-laki, punya ego yang tinggi, dan tak mau dipaksa-paksa untuk melakukan sesuatu. Maka, hargailah perempuan yang kau cintai dengan memberinya kepastian yang akan menjamin segalanya di muka hukum dan agama.(DPM)

2 Comments

  1. Akhirnya tuit hari itu terealisasikan juga. 🙂

    Tapi menunggu ketidakpastian itu …..

  2. karena iman, kesetiaan, dan keyakinan baru akan teruji ketika menunggu dalam ketidak-pastian. Sepertih idup saat ini, manusia hanya menunggu mati dan belum jelas setelah mati akan dapat approval kemana. tapi manusia tetap hidup dan berbuat optimal selama masih diberi nafas.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending DPM