Belajar jadi Pengusaha dari Chairul Tanjung

“Kesempatan bukan hanya harus dicari, tapi juga dibuat” (CT). Banyak rasa yang membuncah selagi membaca buku Chairul Tanjung si Anak Singkong. Tokoh pengusaha nasional yang saat ini menjadi Menteri Koordinator Perekonomian di penghujung kabinet pak SBY ini benar-benar membuat aku termotivasi, tak sabar inginb eraksi, sekaligus menyesal. Itu juga sebabnya mengapa aku menulis ulasan sederhana ini mengenai buku tersebut, padahal aku belum selesai habis membacanya. Ups, maksudnya mendengarkan versi audiobook yang dibuat oleh perpustakaan Yayasan Mitra Netra 😀

Termotivasi. Tiap kisah dalam buku pak CT alias Chairul Tanjung ini mampu memberikan motivasi kepada para pembacanya secara gamblang dan menohok. Terutama menimbang fakta kesuksesan pemilik Bank Mega ini dengan latar belakang mahasiswa FKG UI yang saat masuk kuliah sang ibu harus menjual kain halus miliknya. Bagaimana kesuksesan pak CT saat ini ternyata sudah dibangun sejak masih sekolah di bangku SMP hingga kuliah pun telah memiliki usaha sendiri, bahkan mampu membeli mobil.

Misal saat sekolah SMP, CT kecil sudah berani mengorganisir study tour yang dilakukan angkatan kelasnya. Bermodal pengalaman karena ayahnya pernah memiliki bisnis di bidang transportasi, CT memberanikan diri dan mendapatkan komisi dari pihak perusahaan untuk jasanya. Tapi ironisnya, dia hanya dapat melambaikan tangan kepada rombongan saat bus berangkat karena orang tuanya tak ada biaya. Satu hal lain yang membuatku salut adalah dia tak mau meminta belas kasihan agar dibayari ikut study tour meski banyak temannya yang dari keluarga kaya.

Lalu saat kuliah, pak CT makin menunjukkan bakatnya di bidang wirausaha. Di awal bukunya dia memulai dengan kisah sebagai juragan fotokopi kampus. Bagaimana dia mampu melihat potensi bisnis dari kegiatan fotokopi diktat dan materi kuliah rekan-rekan mahasiswanya. Bermodal dari koneksi dengan percetakan punya kakak temannya semasa SMP, dia dapat menawarkan kepada teman-teman dan dosen fotokopi yang lebih murah beberapa rupiah (dengan nilai rupiah tahun 70-an). Dengan mengambil untung beberapa rupiah dari tiap lembar yang difotokopi, dia mendapat hampir seluruh order fotokopi dari para dosen sebab harganya memang lebih murah dibanding fotokopi di dekat kampus. Luar biasa memang kejelian pak CT melihat peluang bisnis. Bahkan dia menuliskan di bukunya bahwa apapun yang dilihat saat itu di kampus, bisa jadi duit.

Baca juga:  Sejarah 30 Tahun Afganistan dari Pedihnya Kisah Dua Wanita Beda Generasi

Ingin segera bertindak. Tiap kisah dan motivasi dalam buku CT si Anak Singkong ini membuat gemas dan memunculkan banyak lampu ide menyala di atas kepala. Beberapa yang ditekankan oleh pak CT adalah bagaimana kita harus jeli melihat peluang bisnis sebagai solusi dari permasalahan yang ada, bagaimana kita memanfaatkan networking atau jaringan pertemanan, dan juga bagaimana usaha yang kita lakukan harus dapat bermanfaat bagi banyak orang dengan sedekah. Sepertinya bagi pak CT, segala sesuatu berjalan selayaknya sudah ada yang mengatur dan manusia cukup menjalankannya dengan sebaik-baiknya.

Akan tetapi, bukan berarti pak CT tak pernah gagal. Pernah saat dia bekerja sama dengan salah satu investor sebagai kontraktor membangun pabrik sumpit, tiba-tiba calon investornya bangkrut dan tak sanggup meneruskan pembangunan pabrik. Padahal pak CT sudah menggunakan seluruh asetnya untuk modal pembangunan pabrik tersebut. Namun dengan networking yang dia punya, dia dibantu rekanannya untuk membuat pabrik itu menjadi produksi sepatu, dan akhirnya malah membuat sendal yang diekspor ke Eropa. Satu pelajaran lagi dari pak CT adalah pasti ada hikmah di balik tiap peristiwa. Mungkin jika investor pabrik sumpit itu tidak bangkrut, dia hanya akan mendapatkan bayaran untuk pembangunan pabrik. Tapi dengan kejadian itu, dia malah memiliki pabrik sendal yang berhasil.

Menyesal. Satu rasa lagi yang mengiringi sembari membaca buku ini adalah penyesalan mengapa tidak meulai seperti apa yang dilakukan oleh pak CT sejak masa sekolah hingga kampus. Sewaktu sekolah, praktis aku hanya belajar tanpa ikut organisasi apalagi memulai bisnis. Padahal saat ini aku pun mengamininya bahwa mendidik anak untuk mulai berdagang sejak dini sangatlah penting. Seperti yang dialami oleh pak CT, dalam berdagang itu ada skill komunikasi interpersonal yang diasah, kemampuan negosiasi, tidak takut pada orang, dan yang terpenting adalah menghargai proses meraih sesuatu.

Baca juga:  Almost is Never Enough by Ariana Grande

Lalu pada saat kuliah, pengembangan diri bukan hanya di tahap skill, tapi lebih ke networking. Pak CT selama kuliah, dia juga aktif di organisasi mahasiswa dan juga usaha. Tapi berbagai kegiatan itu tidak mengganggu akademiknya. Kembali dengan jejaring dan resources yang dia punya, dia bahkan berhasil jadi mahasiswa terbaik nasional di masanya. Sungguh luar biasa.

Tentu kita tak dapat salahkan bunda mengandung. Tak ada gunanya pula apabila kita berandai dan menganggap bahwa kita sudah telat untuk menjadi pengusaha karena baru memulainya. Aku yakin, tak ada sesuatu yang terlambat apabila kita bersungguh-sungguh. Pelajaran penting juga yang aku ambil dari buku pak CT ini adalah untuk berkontribusi pada bangsa, kita dapat lakukan dengan caranya masing-masing. Aku setuju dengan prinsip beliau yang menjauhi politik praktis, tapi tetap kontributif dengan menjadi pengusaha yang dengan kata lain membuka lapangan kerja untuk banyak orang yang membutuhkan.

Tapi ada satu halyang ingin aku berandai di sini. Aku berandai untuk dapat belajar langsung untuk jadi pengusaha sukses seperti pak CT. Beliau adalah orang yang tak sungkan untuk berbagi ilmu dan mendorong anak bangsa untuk jadi pengusaha. Ingin sekai satu waktu dapat bertemu beliau, berkenalan, dan meminta bimbingan langsung untuk jadi pengusaha dari beliau. Semoga saja, dan mari terus berjuang menjadi lebih dari pak Chairul Tanjung. Aamiin. (DPM)

2 Comments

  1. ada banyak hal positif yang bisa dipelajari dari pak CT,
    saya pun sempat membeli dan membaca bukunya.
    perjuangan beliau memang terbilang… luar biasa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *