Berbagi Inspirasi di Eljohn Radio Indonesia

Berbagi Inspirasi di Eljohn Radio Indonesia

Jakarta – Dapat pengalaman baru lagi dengan berkunjung untuk bincang-bincang di sebuah radio. Tapi kali ini agak berbeda, karena bukan radio konvensional yang dapat ditangkap dengan radio receiver, tapi radio streaming. Beberapa bulan lalu, tepatnya 29 September 2014, Alhamdulillah diundang untuk berbagi cerita di Radio Eljohn Indonesia. Jika penasaran dengan radio streaming ini, silakan buka via PC atau laptop di www.eljohn-radio.com. Jika tak salah, pengguna smartphone Android pun dapat download aplikasinya di Playstore.

Eljohn Radio Indonesia yang hanya mengudara via internet streaming ini fokus pada tiga tema yaitu tourism, business, and lifestyle. Kantor atau studio siarannya ada di APL Tower Central Park 16th Floor Suite 6 Jl. S. Parman Kav. 28 Jakarta 11470. Ruang siarannya menurut ‘terawangan’ aku tidak terlalu besar, tapi itulah keunggulan radio streaming yang bahkan ga perlu repot-repot mendirikan menara pemancar. Target utama pendengarnya adalah profesional muda dari kalangan kelas menengah dan menengah atas. Sedang aku pada senin pagi itu mengisi satu segmen bernama Lifestyle Inspiration yang dipandu oleh mas Arif Budiman. Orangnya asik, dan kita bisa ngobrol panjang layaknya teman.

Ceritanya bagaimana bisa hadir di Eljohn Radio ini karena diajak oleh salah seorang teman, Sandika, namanya. Sandika ini alumni UIN Jakarta jurusan Jurnalistik angkatan 2008. Kami sebetulnya lebih banyak interaksi via online, yang terhubung karena dulu ia pernah jadi panitia Indonesia Young Changemakers Summit (IYCS) di Bandung awal tahun 2012. Saat diajak untuk siaran aku tidak segera menyanggupi karena cari waktu dulu yang tepat agar teman-teman pengurus Kartunet lain dapat siaran. Tapi akhirnya terpaksa aku sendiri karena waktu siaran hanya pada weekdays.

Baca juga:  Afirmasi Positif dari Motivator Tunanetra: Meningkatkan Keyakinan Diri dan Meraih Kesuksesan

Jadwal Lifestyle Inspiration seharusnya mulai dari jam 9 sampai 10 pagi. Tapi ada sedikit kesalahan teknis di pagi itu sehingga telat lebih dari 30 menit. Sebetulnya akan ada mobil jemputan dari Eljohn Radio yang datang pagi-pagi. Sandika janji untuk datang kira-kira jam 6. Ternyata mobil baru bisa keluar dari kantor Eljohn Radio sekitar jam 8 dan saat aku temui di jalan dekat rumah, ternyata hanya Sandika yang datang. Wal-hasil, kita harus naik angkot dulu ke Ragunan, terus dari sana naik Kopaja AC dan nanti turun di sekitar Mampang untuk ketemu dengan mobil jemputan. Aku sebetulnya tak masalah, tapi ga enak dengan Sandika yang jauh-jauh dari rumahnya di Cijantung terus ke Jagakarsa baru ke Central park. Tapi kita banyak ngobrol sepanjang jalan, sambil menekan kekhawatiran karena datang siaran telat :D.

Akhirnya sampai juga di Eljohn Radio yang berada di Central Park. Telat 30 menit, tapi terbayar dengan obrolan yang seru dan tambahan waktu juga 30 menit sampai jam setengah 11. Aku selama 1 jam itu bercerita mengenai Kartunet saat ini sampai ke pengalaman-pengalaman pribadi untuk memberi sedikit motivasi pagi ke pendengar Eljohn Radio. Salah satunya ada pertanyaan mengenai jika dapat memilih, apakah ingin kondisi seperti saat ini, yang berarti setelah menjadi tunanetra, atau sebelum itu, yaitu ketika masih melihat dengan jelas.

Jujur aku jawab bahwa aku ingin kondisi ketika masih melihat dengan jelas. Alasannya karena apabila memiliki penglihatan, maka aku dapat berbuat lebih banyak lagi untuk orang lain. Mungkin itu jawaban yang tak dipilih oleh para motivator. Karena mereka yang mengaku motivator, biasanya akan sok menjadi kuat dan menganggap keterbatasannya adalah anugerah. Ini bukan berarti aku tidak bersyukur dengan kondisi saat ini. Saat ini pun aku tetap berusaha secara optimal. Tapi jika Allah mengembalikan kembali penglihatan itu, aku janji akan pergunakan lebih banyak lagi membantu teman-teman lainnya.

Baca juga:  Generasi Muda Sukses Mulia in Action di Excellent Institute

Kembali ke obrolan dengan Sandika mengenai prospek radio streaming. Sepertinya di era saat ini radio streaming juga telah mendapat segmentasinya tersendiri. Kecendrungan pendengarnya adalah mereka yang memiliki koneksi ke internet gratis via Wifi dan di jam-jam kerja. Biasanya mereka akan mendengarkan radio streaming sembari bekerja. Berbeda dengan radio konvensional yang prime time ada pada waktu-waktu berangkat atau pulang kerja. Karena saat itu jalanan macet, dan orang di mobil akan cenderung mendengarkan radio sebagai teman.

Pada radio streaming, statistik pun lebih jelas dan murah dibanding radio konvensional. Dengan streaming, jumlah pendengar per hari, per minggu, atau per bulan, serta rata-rata pendengar satu waktu dapat jelas tercatat di server radio streaming. Sedangkan pada radio konvensional memerlukan jasa survey media Neilson yang tak murah. Padahal datangnya iklan itu ditentukan oleh jumlah pendengar, dan data pada radio streaming sepertinya lebih akurat.

Dengan kata lain, prospek radio streaming berbanding lurus dengan makin murahnya koneksi internet dan bertambahnya Wifi yang memberikan internet gratis. Apabila kita sudah berada di era internet sangat murah atau bahkan bisa gratis dimana-mana, maka kemungkinan besar era radio konvensional akan berakhir. Sebab pernah punya pengalaman membuat radio streaming di Kartunet yang tidak membutuhkan biaya besar dan juga ruangan khusus. Meski begitu, siaran tetap dapat dilakukan secara profesional dan kelebihannya tak terbatas jarak geografis.

Sekian cerita mengenai kunjungan ke Eljohn Radio Indonesia. Terima kasih kepada Eljohn yang telah memberi kesempatan memperkenalkan Kartunet ke pendengarnya. Terima kasih juga ke Sandika yang sudah mengajak dan juga mas Arif Budiman. Semoga sedikit pengalaman saya dapat memberi inspirasi untuk pendengar setia Radio Eljohn. Di postingan ini saya cantumkan rekaman siaran waktu itu. Selamat mendengarkan.(DPM)

3 Comments

  1. wah keren ya, bsia berbagi cerita

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *