Indar Atmanto, Internet, dan Disabilitas

Jakarta – Belum lama ini aku mengikuti acara bertajuk Golden Ring Award 2014 di Hotel Kartika Chandra tepatnya Jum’at malam, 24 Oktober 2014. Saat itu aku dan Riqo mewakili teman-teman Kartunet yang khusus diundang untuk menyaksikan pemberian penghargaan Inspiring People in Telko Industry, kepada pak Indar Atmanto, mantan direktur utama PT Indosat Mega Media atau IM2. Sebuah momen yang cukup emosional, mengingat penghargaan ini diberikan kepada pak Indar yang saat itu sedang dikekang kebebasannya di Lapas Sukamiskin karena kasus IM2.

Golden Ring Award (GRA) adalah penghargaan yang diberikan kepada para pelaku industri telekomunikasi di Indonesia. Penilaian dilakukan oleh Perkumpulan Wartawan Telekomunikasi. Ada sekitar 25 kategori penghargaan pada GRA 2014 yang didapatkan oleh provider selular dan vendor gadget lokal dan impor. Sedangkan special category, diberikan kepada para tokoh yang telah berjasa dalam industri telekomunikasi Indonesia, dan satu Inspiring People Award itu diberikan kepada pak Indar Atmanto.

Terharu rasanya saat istri pak Indar Atmanto memberikan sepatah dua patah kata saat mewakili suaminya menerima penghargaan Golden ring Award. Kami sebetulnya belum terlalu lama mengenal pak Indar, mungkin belum ada satu tahun, tapi rasanya beliau begitu dekat dengan kami. Ketulusan dan perhatian beliau pada internet dan teknologi informasi komunikasi pada umumnya sebagai solusi meningkatkan derajat hidup penyandang disabilitas, sesuai dengan visi kami di Kartunet.

Pertemuan pertama dengan pak Indar terjadi di bulan Februari 2014 yang saat itu aku menjadi salah satu pembicara untuk diskusi ICT Opportunity for People with Disabilities berlokasi di auditorium lt 4 Gedung Indosat, jalan Merdeka Barat Jakarta Pusat. Acara itu inisiatif dari pak Valen dari IDKITA Kompasiana yang bertujuan untuk menghubungkan antara kebutuhan penyandang disabilitas dengan para pelaku di bidang teknologi informasi dan komunikasi agar dapat menjadi solusi. Menjadi pembicara selain aku dan Riqo dari Kartunet, ada Habibie Afsyah dari Indonesia Disabled Care Community dan bu Christie Damayanti dari IDKITA Kompasiana. ikut bicara juga bu Dewi Motik dan Prof Kalamullah Ramli dari Kementrian Kominfo.

Saat acara berakhir, tiba-tiba ada yang naik ke atas panggung dan duduk bersama kami. Lalu kita ngobrol banyak mengenai apa kebutuhan dari para penyandang disabilitas yang dapat dikembangkan dan didukung dengan TIK, minimal oleh Indosat. Kami ngobrol santai dan beliau mendengarkan gagasan kami dan berusaha menghubungkan dengan link dan resources yang dimiliki. Orang itu adalah pak Indar Atmanto, mantan dirut IM2 yang saat itu menjadi salah satu direktur di PT Indosat TBK. Seseorang yang punya kedudukan cukup tinggi di perusahaan sebesar Indosat, tapi mau mendatangi kami, ngobrol banyak, hingga akhirnya membantu kami turun dari stage dan bersama jalan ke ruang makan VIP.

Baca juga:  Do'a Ibu Jokowi

Berbeda dengan orang ‘penting’ yang pernah kami kenal sebelumnya, ini bukan pertemuan pertama dan terakhir. Setelahnya, kami mengadakan beberapa meeting untuk membahas rencana-rencana kerja sama lebih konkret antara Indosat beserta pak Indar dengan kami Kartunet. Bahkan beliau meminta kami membuat daftar apa saja yang menjadi kebutuhan Kartunet yang dapat berdampak untuk komunitas disabilitas, dan aku memberikan 10 poin yang masih dijabarkan lagi jadi lebih rinci. Saat meeting pun beliau juga mengundang pihak-pihak yang sekiranya dapat membantu usulan kami. Beberapa divisi di Indosat, baik yang langsung di bawah beliau atau tidak, pernah diundang untuk bertemu kami dan membicarakan peluang-peluang yang dapat dibuat.

Pun selama rapat, pak Indar tidak memandang kami sebagai kaum yang hanya untuk dikasihani. Dari cara beliau bicara pada kami, misal dengan memanggil teman-teman Kartunet, jelas beliau pandang kami sebagai mitra kerja sama yang setara. Di luar itu, ketika bertemu dengan kami, selalu beliau yang mendatangi kami duluan dan langsung menjabat tangan dan mengatakan namanya ‘Indar’ agar kami langsung mengenali beliau. Tak ada kesan kaku atau menjaga jarak. Sampai saat ini ada beberapa hal yang telah disepakati dan berjalan antara Indosat dan Kartunet. Meski belum semua kebutuhan dan keinginan kami dapat terealisasi, paling tidak ada beberapa seperti dukungan IM2 untuk hosting Kartunet.or.id selama 1 tahun, ad placement Indosat di website kami dengan durasi kontrak 1 tahun, mendukung kami mengadakan event Community Gathering 6 September di gedung Indosat, dan merekomendasikan Kartunet untuk mengerjakan project pembuatan website Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) di www.atsi.or.id, dan efeknya kami dapat dilibatkan dalam perhelatan Indonesia Cellular Show 2014 di Jakarta Convention Center. Bahkan kami juga sudah pernah rapat langsung dengan presiden direktur dan CEO PT Indosat Tbk, pak Alexander Rusli, dan membicarakan beberapa kerja sama bisnis. Namun realisasinya masih tertunda karena ada perubahan skema di Indosat meski kami sudah siap dengan badan usaha perseroan terbatas.

Baca juga:  Kecemplung Tak Selamanya Basah dan Memalukan

Mengenai pembentukan PT, itu adalah salah satu tantangan dari pak Alex Rusli dalam meeting kami yang disebutkan sebelumnya. Bahwa ia menginginkan kami totalitas untuk mencemplungkan diri dalam bisnis sehingga dapat kerja sama langsung dengan Indosat secara B to B. Saat itu beliau memberi gambaran mengenai project pembuatan website UKM-UKM binaan Indosat yang project pengerjaannya dapat diberikan ke Kartunet.

Untuk itu, pak Indar kembali membantu mencarikan resources yang salah satunya dengan merekomendasikan pak Julius Purnawan, mantan notaris di Indosat. Pak Julius adalah sahabat pak Indar dan tipe orangnya juga rendah hati. Bahkan bbeliau bersedia memberikan jasa notaris gratis untuk pembuatan PT Kartunet dan kami cukup membayar biaya pembuatan SK Menteri Hukum dan HAM. Namun, persis sehari sebelum kami membuat janji dengan pak Julius untuk tanda tangan Akte Pendirian PT di gedung Indosat tanggal 17 September 2014, kami dapat kabar mengejutkan jika pihak kejaksaan mengeksekusi alias menjemput paksa pak Indar untuk dibawa ke Lapas Sukamiskin. Sebuah antiklimaks dari perjuangan mencari keadilan yang selama ini ditempuh pak Indar hingga mengajukan Peninjauan Kembali (PK) ke Makamah Agung.

Terakhir kami bertemu pak Indar di lingkungan bebas yaitu saat acara Community Gathering Komunitas Kartunet 6 September. Saat itu kami minta beliau untuk memberikan sambutan, tapi diurungkan karena pagi harinya harus check up dulu ke rumah sakit. Tapi meski terlambat, beliau tetap datang dan memberikan dukungan ke kami. Hingga di pertemuan selanjutnya, kami beserta rombongan karyawan Indosat mengunjungi pak Indar di Lapas Sukamiskin sekitar awal Oktober. Sebuah kondisi dan suasana yang berbeda, tapi kami cukup senang karena pak Indar tetap sehat dan optimis.

Aku teringat bahwa di penjara ini juga Ir Soekarno pernah dipenjarakan oleh Belanda. Beliau dipenjara bukan karena berbuat kriminal, tapi karena memperjuangkan cita-cita rakyatnya memperoleh kemerdekaan. Tentu aku tidak punya otoritas untuk menilai putusan hukum pengadilan. Tapi satu hal yang aku tahu bahwa Indar Atmanto adalah seorang yang telah berjasa dalam pengembangan internet di Indonesia. Masih belum lupa ketika pertama kali pakai internet broadband di 2008, aku membeli perdana IM2 dan modem 3G. Saat itu harga modem masih cukup mahal, tapi sebanding dengan fungsi dan manfaat yang diberikan karena dengan itu internet dapat dimanapun menggunakan modem dan laptop. Sebuah inovasi yang fantastis dan aku merasakannya sendiri di awal-awal kehadirannya.

Baca juga:  Berbagi Bukan Karena Merasa Lebih, Tapi Ada Hak Orang Lain DititipkanPadamu

Terlebih untuk para penyandang disabilitas, internet adalah revolusi. Secara umum Teknologi Informasi dan Komunikasi membuka cakrawala dan menjadi solusi untuk banyak keterbatasan fisik. Melalui internet, jarak dan rintangan fasilitas publik dan transportasi yang tidak akses, untuk sementara dapat dicari solusinya. Internet pula dapat jadi media belajar di saat institusi pendidikan melakukan diskriminasi. Internet pula dapat jadi peluang lapangan kerja di bidang digital yang dapat memberi penghasilan dari rumah. Semua revolusi itu, tak berlebihan nampaknya jika pak Indar Atmanto patut diberikan kredit dalam pengembangannya di Indonesia.

Ini catatan kecil mengenai pengalaman mengenal bapak Indar Atmanto. Mungkin tak jauh mengenal beliau secara personal, tapi sedikit interaksi kami nampaknya cukup menggambarkan sosok seperti apa beliau. Kami hanya berharap agar pak Indar selalu diberi perlindungan, kesehatan, dan kekuatan untuk menghadapi ujian dari Allah SWT ini. Biarkan yang benar ditunjukkan kebenarannya, dan yang salah diungkapkan kesalahannya. Selain itu, kami juga memimpikan ada Indar Atmanto – Indar Atmanto lain, para profesional dan petinggi negeri, yang punya tak sekedar kepedulian, tapi visi untuk memberdayakan masyarakat dengan bidang yang dikuasai. Bukan memandang dengan rasa kasihan yang hanya berujung pada sumbangan, tapi pandangan pada sesama manusia yang punya potensi untuk dikembangkan.(DPM)

2 Comments

  1. pengalaman yg menakjubkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending DPM