Jakarta – Melanjutkan tulisan sebelumnya Nge-BOM di Ulang Tahun Indosat Ke-47, aku ingin berbagi inspirasi yang aku dapat dari pembicara terakhir di acara Bincang Orang maju Indosat. Seperti ungkapan save the best for the last, begitulah sosok Masril Koto. Pendiri Bank Petani di daerah Sumatra Barat ini sudah pernah pula diundang ke acara Kick Andy Show dan mendapat penghargaan Danamon Award.
Sesi aku di BOM Indosat berakhir lalu turun dari stage. Namun aku mengatakan kepada panitia untuk tetap berada di kursi dekat stage dan ikut mendengarkan pembicara selanjutnya. Aku memang penasaran dengan sosok Uda Masril. Tahu ada nama beliau sebagai salah satu pembicara dari panitia, aku lantas Googling siapa itu Masril Koto. Ternyata beliau adalah sosok luar biasa, seorang petani desa di Sumatra Barat, yang mampu menggerakkan petani di daerahnya untuk membuat Bank Petani.
Bank Petani konsepnya seperti Koperasi tapi menggunakan sistem perbankan. Modal awalnya berasal dari lembar saham yang dijual kepada para petani sendiri. Fungsinya adalah untuk memenuhi kebutuhan simpan pinjam petani agar usaha pertaniannya tidak terkendala dengan modal. Uda Masril juga menjadi motivator untuk membentuk Bank Petani lainnya di daerah-daerah. Saat ini, aset Bank Petani menurut beliau sudah milyaran jumlahnya.
Satu hal lain yang menarik adalah aku menemukan tulisan mengenai dugaan bahwa Uda masril melakukan pembohongan publik. Ada artikel dari wartawan freelance yang melakukan penelusuran kisah Masril Koto langsung di daerah asalnya. Di sana wartawan tersebut menyebutkan bahwa teman-teman Uda masril yang dulu bersama-sama mendirikan Bank Petani mengatakan bahwa Uda Masril hanya mencaplok nama dan tidak ada andil besar dalam Bank Petani. Tadinya aku agak ragu dengan Uda masril mengingat prestasinya yang luar biasa. Hal ini pun disampaikan ke panitia dari Indosat karena tak mungkin mereka mengundang orang yang diduga ‘bermasalah’.
Penjelasan dari mas Tito dari HRD Indosat, hal tersebut juga sudah mereka konfirmasi kepada pihak Kick Andy. Ternyata, bang Andy, sebagai seorang wartawans senior, merasa tak perlu memperhatikan artikel tersebut. Ia menilai bahwa wartawan freelance tersebut tidak sepenuhnya menggunakan asas jurnalistik dalam menyelediki kebenarannya. Dia hanya mengambil opini dari satu pihak, yakni co-founder Bank Petani, dan tidak meminta klarifikasi dari masril Koto atau pihak ketiga lain yang terpercaya. Bisa jadi, opini miring dari co-founder Bank Petani itu hanya sikap barisan sakit hati yang tak senang dengan prestasi Uda masril. Sedangkan, para juri Danamon Award yang pernah diterima oleh Uda masril, yang di sana ada juga pak Rhenald Kasali, tidak meragukan kejujuran Uda masril. Tentu untuk memberikan penghargaan sekaliber Danamon Award dengan para juri yang kredibel, tak mungkin sembarangan.
Tapi di luar desas-desus tersebut, aku terkagum-kagum dengan pemaparan Uda masril saat dialog dengan bang Andy. Beliau adalah sosok yang jujur, lugu, tapi memiliki visi jauh ke depan. Beliau memang tidak mengenyam pendidikan tinggi, tapi punya cita-cita memiliki bank yang mungkin para bankir tak berani membayangkannya. Bolak-balik beliau ke bank untuk bertanya mengenai cara mendirikan bank dan tak menemui hasil, hingga jalan itu terbuka setelah menerima pelatihan akutansi dari mahasiswa.
Meski tak paham sepenuhnya mengenai sistem perbankan, tapi dia betul-betul mendirikan ‘bank’. Di dalam ruangan yang dijadikannya ‘kantor’ Bank Petani, dia meletakkan meja dan kursi-kursi serta meletakkan tulisan Teller di sana. Saat ditanya bang Andy apakah ia tahu apa artinya Teller? Uda masril dengan polos menjawab bahwa yang ia tahu di bank ada meja Teller, dan karenanya di Bank Petani juga harus ada itu.
Ada wow moment juga ketika bang Andy bertanya mengenai miniatur pesawat terbang yang ditaruh di Bank Petani Uda masril. Dengan sederhana ia menjawab bahwa itu sebagai motivasi agar petani juga harus dapat punya pesawat terbang. Ketika ditimpali bang Andy bahwa petani sok banget mau punya pesawat, Uda Masril santai jawab karena dengan pesawat, petani dapat jual sayuran langsung ke Singapura. Wow, luar biasa. Ide yang genius menurutku. Jika memiliki pesawat terbang, sudah tentu barang dagangan dapat diangkut dalam jumlah besar dan langsung dibawa ke tempat yang tak punya sumber daya alam cukup, yaitu Singapura, tempatnya uang beredar pula.
Lebih jauh, karena tuan rumah acara ini adalah Indosat, jadi tentu ada benang merah antara inspirasi yang diberikan dengan core-business Indosat. Saat itu, Uda Masril menceritakan mengenai pengalamannya memiliki iPad. Bang Andy cukup terkejut awalnya dan meragukan apakah Uda Masril dapat menggunakan iPad. Ternyata dengan teknologi layar sentuh yang canggih, tak harus memiliki pendidikand tinggi dulu untuk dapat menggunakan iPad.
Lalu Uda Masril juga menceritakan bahwa ia mengajarkan pula temannya di daerah pedalaman Maluku untuk bisa pakai iPad juga. Sebetulnya ia tak mengajarkannya, kecuali memberikan iPad miliknya dan suruh orang itu berbuat apapun dengan iPad itu. Ternyata, dengan teknologi yang canggih, tanpa diajari orang itu pun bisa dan juga mau punya iPad untuk usaha.
Cerita yang sederhana memang, tapi aku mengambil inside tersendiri dari kisah tersebut. Bahwa penggunaan teknologi sangat penting untuk penyandang disabilitas untuk mengatasi banyak keterbatasannya. Hadirnya teknologi yang makin canggih, sesungguhnya makin membuka pula peluang itu. Bayangkan saja, dengan layar sentuh, seorang tunanetra tak perlu lagi menghafal letak posisi huruf pada keyboard, tapi kini cukup menyentuh dan mendengarkan tombol apa yang sedang disentuh tersebut. Sangat mengagumkan, dan berharap makin banyak tunanetra yang dapat akses teknologi dengan harga yang terjangkau serta terkoneksi dengan dunia luar melalui internet.
Itu dia pengalamanku saat menjadi pembicara di acara BOM Indosat, Bincang Orang Maju. Aku anggap predikat sebagai pembicara di BOM bukan sebagai suatu gelar, tapi do’a untukku pribadi agar dapat benar-benar menjadi Orang Maju dan membanggakan orang tua serta orangorang yang aku cintai. Terima kasih kepada Indosat, pak Alex Rusli, bang Andy Noya, dan tentunya ka Rama serta Uda Masril yang telah menginspirasi saya. Tentu makin semangat untuk terus berbuat sesuatu untuk komunitas agar dapat maju bersama.(DPM)

Dimas adalah seorang blogger, penulis, dan motivator tunanetra kelahiran kota Jakarta yang bertepatan dengan perayaan Hari Pramuka tahun 1988. Lulusan program S1 Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia ini berkarir sebagai seorang PNS Peneliti di Pusat Riset Pendidikan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Saat ini Dimas sedang menyelesaikan kuliah Master of Education di The University of Adelaide, Australia.
Terima kasih sudah berbagi
sama-sama. terima kasih sudah berkunjung. 🙂