Adelaide – Tahun 2012 mungkin salah satu tahun yang kurang baik untukku. Bukan berarti aku tak bersyukur, toh banyak sekali nikmat yang didapat pula pada waktu tersebut. Jika dilihat dari salah satu sisi, 2012 memang tak sesuai dengan harapan. Namun pada tahun itu juga mungkin awal dari kado kecil tapi eksplosif selang beberapa bulan kemudian. Ya, tak pernah kusangka bahwa akhirnya aku dapat menjejakkan kaki di negara orang, tanah bangsa Aborigin.
Agak flash back satu tahun ke belakang, apabila difikir-fikir lagi, tahun 2012 bagai tanpa hasil untukku. Di kala itu, adalah dimulainya menjalankan proyek Kartunet yang berasal dari hadiah kompetisi hibah terbuka Cipta Media yang diadakan oleh Ford Foundation. Harapan, cita, dan semangat tercurah dari teman-teman di Kartunet yang kebetulan aku diamanahi untuk jadi ketua dan pimpinan proyek hingga masa bakti berakhir di Januari 2013. Digerakkan lagi pada awal 2011, ada gairah untuk kembali “menghidupkan” Kartunet yang mati suri. Berbagai inovasi diterapkan dan optimalisasi social media, Alhamdulillah membuka peluang-peluang dan teman-teman baru yang mendukung Kartunet. Hampir satu tahun, praktis Kartunet berjalan tanpa dana yang besar tapi sangat produktif. Tentu, harapannya, dengan ikut kompetisi Cipta Media dan berhasil menjadi satu dari 20 pemenangnya, Kartunet dapat lebih besar dan produktif lagi.
Namun, tak selamanya rencana selalu berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Mungkin karena tuntutan yang juga jadi cita-cita kami adalah agar Kartunet menjadi besar, maka sebagian kami belum siap. Mulai ada friksi-friksi, yang bukan tak mungkin dapat dipicu karena ada satu hal yang membedakan Kartunet saat itu dengan sebelumnya yaitu “uang”. Entah mengapa, semangat itu mendadak kempis pasca kuartal pertama. Kartunet adalah organisasi yang dibangun dan maju atas cita-cita bersama. Jika pemberi cita-cita di dalamnya sudah tak ingin lagi untuk mewujudkannya, maka percuma saja. Meski para penopang cita-cita akan tetap ada, tapi pasti sangat melelahkan.
Entah pula, kreativitas dan ledakan ide-ide seakan memudar. Kadang terfikir di tahun ini dan mempertanyakan apa yang sudah diperbuat selama 2012. Kerap pula heran pada sesuatu yang terfikir di saat ini dan tertawa sendiri karena mengapa hal serupa tak dilakukan di masa sebelumnya. Aku seperti berjalan di bawah langit-langit rendah. Dapat berjalan terus ke depan, akan tetapi tak dapat melompat jauh. Ingin segera rasanya mengakhiri tugas ini, bukan untuk sesuatu yang diidam-idamkan, tapi hanya sebagai penuntas tanggung jawab.
Mungkin dapat dikatakan aku telah gagal waktu itu. Ya, gagal. Tapi aku yakin, tiap orang punya jatah kegagalannya masing-masing. Satu hal yang perlu dilakukan hanyalah terus mencoba hingga jatah kegagalan itu habis dan sukses. Selama itu pula, dengan SDM yang ada, amanah itu coba kutuntaskan seoptimalmungkin. Hanya satu hal yang tersisa saat itu yaitu rasa untuk berbagi. Secara pribadi, aku bergabung dalam Kartunet adalah untuk menyumbangkan sedikit kemampuan yang aku miliki untuk berkontribusi pada masyarakat dan teman-teman disabilitas. Berbekal itulah aku tetap mengadakan pelatihan-pelatihan kecil mengenai social media dan internet sekaligus membuat materinya. Hany a satu tujuannya, ingin sedikit bermanfaat sebelum mengakhiri semuanya.
Komunikasi mungkin salah satu masalahku. Ya, aku akui itu salah satu kelemahanku dan bukan berarti aku tak berusaha untuk memperbaikinya. Kita punya tujuan yang sama, cita-cita yang besar, tapi mungkin tak semua orang memahaminya dan ingin mengerti apa yang difikirkan. Dasar dari semuanya hanya satu, kepercayaan. Dengan adanya rasa saling percaya, maka sesuatu yang benar akan didukung dan apa yang salah dikoreksi agar sesuai. Namun Alhamdulillah masih ada sahabat-sahabat yang ingin mengerti. Paham secara dewasa bahwa tujuan kita sama dan cita-cita juga masih sama. Aku bangga dengan mereka dan mendadak semangat itu timbul lagi. Bukan semangat untuk lagi sebagai lokomotif, tapi pendukung dari tengah dan samping yang tetap militan. Tak ingin rasanya mengatakan bahwa kami akan memulainya dari nol lagi, tapi aku lebih suka mengatakan bahwa kita memulai lagi pada titik yang baru.
Tiap manusia, seberapa tegarnya, tentu ada rasa ingin mendapat apresiasi. Bukan berbentuk pujian atau sanjungan, tapi penghargaan pada sekecil apaun yang telah secara tulus diperbuat. Mungkin hal itu yang tak didapat dari orang-orang yang dimana aku berada di dalamnya. Waktu, tenaga, fikiran, dan kesempatan selama 2012 telah banyak terbuang untuk mewujudkan sebuah cita-cita bersama. Hingga aku terjebak di dalamnya, dan tak dapat keluar sebelum menyelesaikan semuanya. Namun pada saat itu aku yakin bahwa pintu rejeki itu berasal dari berbagai arah. Andai saja, pasca lulus aku langsung meniti karir dan tak melibatkan diri di sana, mungkin saja keadaanya akan lebih baik. Namun hanya pecundang yang kerjanya berandai-andai dan mengutuki waktu yang terlewati. Aku tetap menjadi juara, meski bukan saat ini, bisa jadi lain waktu. Tiap sesuatu ada hikmahnya, dan aku yakin itu.
Hikmah itu sudah datang, dan kini aku merasakannya di dalam kamar lantai enam di apartemen Quest on Franklin di bawah langit kota Adelaide yang tenang. Mungkin tak ada korelasi langsung, tapi Allah selalu punya cerita untuk tiap langkah kita. Tak ada langkah yang sia-sia, meski terkadang manusia menganggapnya salah. Mungkin pula ini jadi sebuah kado kecil dari Allah atas waktu lebih dari setahun yang aku lewati tanpa kebangaan dari orang tua. Terima kasih untuk semua ini, dan satu hal yang buatku tersadar bahwa tak dapat kita mengubah dunia jika kita tak mengubah diri terlebih dahulu, tak dapat semua orang kita ubah, sebab hanya yang ingin berubah saja mereka yang dapat diajak berubah. Aku janji, di posting berikutnya, akan menjelaskan secara rinci bagaimana aku mendapat fellowship award untuk short course selama tiga bulan di kota Adelaide, South Australia ini. Feel free guys, I’d like to see your comments. (DPM)
heeemm comment apa ya??? cuma mau bilang pasti rasanya manis bangat dapet kedo kecil diujung peluh ini. Bisa jadi seharian full setelah mendengar kabar itu tersenyum tanpa henti, hehehhee
unfortunately, saya tidak se-ekspresif itu dan melakukan apa yang orang2 dalam sinetron lakukan. Bersyukur tidak harus dengan cara2 yang main-stream
inspiratif banget, bikin aku smngat di pgi ni setelah membacanya. ditunggu mas cerita gmana dpt short coursenya
inspiratif, ditunggu mas cerita gmana bsa dpt short coursenya.
kalo ga salah sudah ada kok tulisannya 🙂