Kecemplung Tak Selamanya Basah dan Memalukan

Bagi teman-teman tunanetra, kecemplung di got atau selokan bukan jadi sesuatu yang aneh. Belum mendukungnya fasilitas sanitasi yang ditambah dengan petutup atau jeruji besi, membuat risiko kecemplung di got tak dapat dihindari. Bahkan karena terbiasanya, bukan sedih ketika kecemplung, teman-teman tunanetra malah tertawa terbahak-bahak. Tawa yang terkadang mampu menaklukkan rasa malu atau keinginan untuk mengutuki nasib karena terbatasnya indera penglihatan.

Namun, dalam tulisan ini tak akan dibahas soal aksesibilitas atau psikologi seseorang yang tercebur got. Ada pengalaman menarik dari seorang kawan tunanetra yang sebelumnya punya cara berjalan cukup “berani”. Misal ketika ingin menyeberang jalan, dia tiba-tiba sudah jalan duluan sampai tengah ketika yang lain masih memastikan jalanan terdengar lowong di pinggir. Tapi ketika suatu ketika ia tercebur ke dalam got yang teramat dalam hingga pingsan, perilaku itu berubah. Setelah pulih, ia berjalan jadi cukup hati-hati dan tidak senekad sebelumnya. Mungkin sakit atau malu, tapi ia jadi orang yang tahu seberapa dalam got itu yang bahkan ketika dijangkau dengan tongkat tak berhasil, dan menjadi lebih waspada karenanya.

Pemahaman ini juga membawaku pada ucapan dari pak Jamil Azzaini, inspirator Sukses Mulia, ketika pelatihan Character Building di Forum Indonesia Muda (FIM) angkatan 14 awal Mei lalu di Cibubur. Beliau mengatakan bahwa seseorang terkadang harus “diceburkan” terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Mungkin akan berdarah-darah atau menanggung malu, tapi setelahnya ada buah yang dapat dipetik. Aku lebih suka menyebut ini sebagai bawa hal tersulit untuk menyelesaikan suatu hal adalah ketika memulainya.

Masih dari pak Jamil Azzaini, ia berkisah tentang sebuah sayembara yang dibuat oleh seorang raja. Raja berjanji akan menikahkan putrinya yang cantik kepada pemuda yang mampu menyeberangi sungai ke arahnya. Sontak banyak pemuda yang tertarik untuk mengikutinya apalagi akan dijadikan menantu oleh sang raja. Ketika memulai, ia melemparkan sebongkah daging ke atas sungai dan langsung berebutan buaya yang jumlahnya tak sedikit. Tak ayal, para pemuda menjadi ciut nyalinya.

Baca juga:  Kedatangan Liverpool dan Tergadainya Nama Bangsa

Tiba-tiba, ada seorang pemuda yang melompat ke sungai. Ia berjuang berenang untuk melawan buaya-buaya ganas yang hendak menerkamnya. Setelah beberapa saat, akhirnya ia berhasil sampai ke tepi seberang sungai. Raja sangat bahagia dan memberi selamat kepada sang pemuda atas keberaniannya. Setelah menerima ucapan selamat sang pemuda berbalik dan berkata kepada para pemuda di seberang satunya “Woi, siapa tadi yang nyeburin saya”.

Seisi ruangan pelatihan FIM14 tertawa setelah cerita itu berakhir. Aku ikut tertawa tapi dengan rasa tertohok alias *jleb* yang dalam. Bagaimana tidak, selama ini kesulitan terbesar dalam hidup yaitu ketika akan memulainya. Seperti ketika menulis, waktu terlama dihabiskan untuk memikirkan pembukaan yang menarik, setelah itu, menulis bagai jalan tol. Ketika ingin memulai terjemahan atau mengajar, selalu ada keraguan di awal. Padahal aku yakin pasti bisa. Mungkin aku harus bisa belajar lebih dewasa, bertanggung jawab, dan fokus pada apa yang dilakukan.

Apabila difikir lagi, banyak hal sebelum hari ini yang terlihat tak mungkin tapi nyatanya dapat dilewati. Ingat ketika masih di bangku SD dan tak sengaja menemui kertas ulangan SMP. Ketika itu berfikir bahwa pelajaran SMP sulit sekali. Akan tetapi, ketika sudah duduk di bangku SMP, tak ada rasa khawatir lagi dan semuanya berjalan seperti semestinya. Begitu pula ketika selesai Ujian Nasional SMA dan mempersiapkan diri masuk PTN. Tak ada bayangan bahwa aku akan sangat membutuhkan laptop dan internet selama kuliah yang saat itu belum mampu terbeli. Syukur tanpa dinyana memenangkan lomba karya tulis berhadiah laptop dan langganan internet satu tahun. Semua seperti sudah diatur ketika mulai menceburkan diri ke tahap tertentu. “If you really want to desire something, entire universe conspires in helping you to achieve it”.

Baca juga:  Membuat Esai Motivasi Seleksi Forum Indonesia Muda

Tak ada jalan lain, kecuali memberanikan diri untuk menceburkan diri ke bidang yang memang diingini. Tak akan pernah tahu apakah mudah atau sulit jika tak pernah dicoba. Sebuah keputusan yang membutuhkan tak hanya keberanian, tapi persistensi sekaligus konsistensi untuk menjalaninya. Karena impian terbesarku ingin menjadi penulis kelas dunia, harus diawali dengan berkomitmen untuk menulis di blog, minimal satu tulisan tiap hari, dan sudah terbit sebelum jam 9 malam. Tak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Semoga ini jadi pembelajaran untuk lebih berkomitmen dan fokus mencapai tujuan. Sebab kecemplung tak selamanya basah dan sakit, melainkan titik awal mencapai sesuatu yang jauh lebih tinggi.(DPM)

11 Comments

  1. Musuh terbesar dlm hidup saya; kekhawatiran.
    Penyemangat pagi yg luar biasa. 🙂

  2. satu hal di awal yang tersulit adalah menaklukkan diri sendiri

  3. iya.. kita tidak tahu seberapa besar kemampuan kita kalau kita pernah mencobanya..
    siip
    nasihat yang bagus 🙂

  4. ini bukan nasihat. hanya sekedar berbagi pemikiran. terima kasih sudah berkunjung 🙂

  5. kadang merasa takut, dari rasa ketakutan itulah kita tidak bergerak "gagal" tidak ada yang tau kedepannya, melawan diri sendiri untuk berani itu memang tidak mudah ya.

  6. "karena impian terbesarku menjadi penulis kelas dunia, harus diawali dengan berkomitmen menulis di blog, minimal satu tulisan setiap hari dan sudah terbjt sebelum jam 9 malam."

    ide ini boleh juga buat diterapin 🙂

    ohya, request tulisan tentang kepenulisan dong mas, kerangka berpikir sebelum menulis, memadukan antar paragraf agar logis, menyusun opini, membuat kalimat efekif, dst… salam kenal ^^

  7. terima kasih ya sudah berkunjung. Wah, itu masih cita-cita yang belum sepenuhnya terealisasi nih. Pasti kalo cari-cari alasan tentu ada saja. Tapi yang penting ya harus tetap berusaha. Sip, meski belum jadi penulis betulan, tapi boleh juga dibuat tulisan itu sambil belajar juga 🙂

  8. khawatir dan takut gagal sering menghantui apalagi kalau sudah pernah merasa sebelumnya. tapi ya namanya manusia, harus move on ya mas 🙂

  9. iya setuju. jika kata iklan salah satu produk detergen. "jika tak berani kotor, maka tak belajar".

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending DPM