Tangerang – Salah satu kemampuan yang kembali optimal setelah kehadiran komputer bicara untuk tunanetra adalah membaca dan menulis. Jika dulu hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan sarana huruf braille, kini dapat dilakukan secara elektronik lewat komputer. Hal tersebut bukan hanya dapat membuka peluang seorang tunanetra menjadi penulis atau jurnalis, tlebih dari itu yang sesuai dengan era digital saat ini.

Satu program baru yang mulai dijalankan Kartunet tahun ini adalah Kedai Menulis. Sebuah wadah menulis secara online dengan tujuan untuk membiasakan dan mendisiplinkan para tunanetra untuk menulis. Filosofinya bahwa menulis itu tidak ada teori atau ilmu pastinya, yang diperlukan untuk dapat menulis dengan baik adalah praktik menulis dan menulis lagi.

Untuk seorang tunanetra, kehadiran komputer bicara selain memudahkan untuk menulis, pada faktanya di beberapa kasus dapat jadi bumerang. Kecenderungan ara tunanetra yang sudah mengenal komputer bicara saat ini adalah untuk membaca menggunakan komputer ketimbang meraba-raba huruf braille. Kelemahannya, karena kata demi kata dan kalimat yang dicerna dalam bentuk suara, beberapa tunanetra mengalami kesulitan dalam ejaan. Kasus paling sering adalah kesulitan membedakan huruf B dan D pada kata, misal pada kata beradab atau beradap. Atau pada huruf F atau V misal kata aktif atau aktiv. Karena mereka hanya mendengar ujaran dari kata-kata tersebut dan bukan mengeja huruf demi huruf pada teks braille atau tertulis, hal itu jadi tantangan tersendiri. Namun saya yakin, dengan latihan menulis yang rutin, dan membiasakannya, soal EYD itu lambat laun dapat dipelajari dan diperbaiki.

Program ini juga diharapkan dapat menghasilkan penulis-penulis baru dari kalangan tunanetra yang mewarnai kasanan sastra di Indonesia. Bahwa pengalaman yang diraskan tiap orang itu berbeda, dan saya yakin pengalaman unik para tunanetra akan sangat menarik untukd ibagiakn ke dunia. Ditambah lagi cara memandang dunia yang berbeda oleh para tunanetra, cara mendeskripsikan situasi yang non-visual, tentu akan menarik dan unik. Maka dari itu, ingin di kelompok ini dapat menginspirasi para anggotanya agar menulis itu sesuai dengan karakternya, bukan hanya meniru penulisan populer yang ada. Akan lebih keren jika dapat menemukan caranya sendiri.

Baca juga:  Filosofi Kaktus dalam Logo Kartunet

Lebih jauh, program kelompok menulis ini juga dapat menghasilkan para content writer yang sangat dibutuhkan dalam digital marketing. Dalam dunia marketing, content atau isi dan narasi itu sangat berpengaruh dalam proses pemasaran. Copywriting yang baik, dapat berpengaruh pada penjualan. Selain itu, mereka pun dapat memproduksi content apabila ingin menjadi publisher iklan, atau sederhananya menghasilkan uang dari content dalam website yang dibuat.
Banyak sekali harapan dan mimpi yang ingin dibangun ari kelompok menulis ini. Ini semacam langkah kecil untuk mewujudkan cita-cita Kartunet membangun Digital Agency yang dapat memberdayakan para tunanetra. Semoga untuk tahap awal ini, dari sekitar 42 orang yang tergabung, dapat berjalan rutin dan menghasilkan content tiap anggotanya 1 week 1 post. Jika kamu tertarik untuk bergabung, silakan kirim pesan ke Facebook Kartunet ya. (DPM)