Membangun Komunitas Berorientasi Pemberdayaan

Belakangan ini, komunitas menjadi sangat populer dengan jumlah yang semakin bertambah. Biasanya, pembentukan komunitas didorong oleh kehadiran social media yang membuat orang semakin mudah untuk berinteraksi via online. Lantas, dibuatlah perkumpulan berdasarkan persamaan minat, hobi, perfesi, atau latar belakang lainnya dan jadilah komunitas. Namun, ada yang mengganjal ketika komunitas dirasakan hanya sebagai ajang kumpul-kumpul dan hura-hura anggotanya. Kegiatan Kopdar atau Kopi Darat yang memberi kesempatan anggota untuk saling tatap muka langsung, biasanya hanya berakhir dengan ngobrol-ngobrol dan tak memberi manfaat jangka panjang. Padahal, komunitas berpeluang menjadi wadah pemberdayaan masyarakat karena langsung bersentuhan dengan orang-orang.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun komunitas yang tak sekedar ajang kumpul-kumpul tanpa hasil. Pertama, komunitas yang bentuk kegiatannya memiliki prospek lapangan pekerjaan seperti komunitas blogger, wirausaha, atau menulis. Namun tak menutup juga komunitas hobi lain yang juga berpeluang mendatangkan penghasilan seperti pecinta kucing atau hewan hias. Sebab jika ditekuni, ternak hewan hias juga berpotensi jadi bisnis. Selain itu, perlu ditekankan pula bahwa kegiatan komunitas tak lagi sekedar kumpul-kumpul. Tapi ada bentuk pelatihan atau berbagi informasi yang mampu meningkatkan soft dan hard skill dari anggotanya.

Kedua, para motor gerak di komunitas harus punya komitmen untuk mau berbagi dan bekerja lebih keras. Berbeda dengan komunitas yang ditujukan untuk kumpul-kumpul, ada parameter pencapaian yang perlu diraih oleh anggota komunitas. Ada indikasi bahwa dalam waktu tertentu, kompetensi apa saja yang dimiliki oleh anggota. Bahkan perlu diperhatikan juga bagaimana dengan output yang diharapkan. Sederhananya, jika seseorang bergabung di komunitas tersebut, maka ia akan mendapatkan dan menghasilkan sesuatu yang memang jadi tujuan dari dibentuknya komunitas.

Baca juga:  Kedai Menulis, Membuka Peluang Tunanetra Lewat Kata

Ketiga, yaitu masyarakat sasaran yang akan dilibatkan. Apabila di komunitas biasa didominasi masyarakat urban yang ikut berkumpul karena membutuhkan wadah silaturahim, maka komunitas berorientasi pemberdayaan harus melibatkan mereka yang termarginalkan dan memerlukan dukungan. Mereka akan tergabung dalam komunitas, belajar dan berbaur bersama para motor gerakan, lalu mendapatkan skill untuk membuat lebih produktif. Lalu, dengan jejaring antar komunitas, dibukalah peluang agar skill yang didapat dapat berguna pada lapangan pekerjaan atau wirausaha.

Misal pada komunitas blogger disabilitas Kartunet Community. Di sana beranggotakan para penyandang disabilitas yang sudah memiliki blog. Mereka bukan blogger handal, tapi orang-orang yang ingin belajar dan bergabung agar punya skill sebagai blogger. Kegiatan rutin terdiri dari pelatihan menulis, optimasi social media, Bahasa Inggris, dan teknik blogging. Ke depan, anggota komunitas diarahkan untuk jadi penulis, wirausahawan yang mampu memasarkan produknya mandiri, atau digital marketeer untuk bekerja di perusahaan-perusahaan.

Pada akhirnya, komunitas yang baik harus sustainable dan bekelanjutan. Ia memberi manfaat dan dapat direplikasi ke banyak tempat untuk memperluas jaringan. Syarat utamanya yaitu komunitas menjawab kebutuhan utama dari anggotanya. Sebuah komunitas yang tak dirasakan manfaatnya, akan ditinggalkan cepat atau lambat. Faktor ini yang dapat menjadi komunitas yang sekedar ajang kumpul-kumpul tak dapat bertahan lama. Ketika pelopornya tak berada lagi di sana, maka kegiatan selesai. Berbeda jika komunitas itu diikuti karena ingin dirasakan manfaatnya. Selama manfaat ada, maka begitu pula dengan komunitasnya.

Untuk menyimpulkan, komunitas berorientasi pemberdayaan masyarakat jadi sesuatu yang perlu digalakan pada waktu-waktu ke depan. Sia-sia rasanya jika sumber daya hanya dibuang untuk sekedar ngobrol-ngobrol kemudian selesai. Banyak masyarakat, terutama kelompok marginal, yang dapat diberdayakan dengan hadirnya komunitas. Bukan hal yang sulit, tapi tak berarti dapat dilakukan sambil lalu. Nah, apa yang sudah kamu lakukan dengan komunitasmu? Mari berbagi pengalangan dan saling berjejaring di kolom komentar.(DPM)

2 Comments

  1. Rencana sdh ada, tinggal matenginnya aja, nggak boleh sambil lalu kan. Harus serius, tp santai. Sbb bikin komunitas pemberdayaan masyarakat bukan hal main2. Ku rasa gitu…
    Bantu doa yak, smoga rencana daku bs segera trwujud..
    Mkasih sharingnyaa 🙂

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending DPM