Tangerang – Setelah hampir setahun terakhir kali mengunjungi Pusat TIK Nasional Pustiknas) Ciputat, Alhamdulillah kembali diminta Kementrian Kominfo RI untuk melatih TIK ke para tunanetra di akhir November 2016 lalu. Kali ini pelatihan itu untuk persiapan para peserta Jambore IT Nasional untuk Remaja Disabilitas, yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Sebuah kesempatan luar biasa karena ini acara terbesar di bidang TIK untuk penyandang disabilitas yang baru pertama diadakan oleh Kementrian Kominfo.

Jambore IT yang diadakan di Jakarta atau Pustiknas Ciputat pada 1 – 3 Desember 2016 adalah puncak dari rangkaian kegiatan yang sudah bergulir sejak November di 5 pusat wilayah di Indonesia. Sekitar 100 penyandang disabilitas yang terdiri dari tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa mengikuti kompetisi TIK dengan pusat di Padang, Banjarmasin, Makassar, Ambon, dan terakhir di Jakarta. Para pemenang dari empat daerah lainnya lalu dihadirkan ke Jakarta untuk tahap final dan mendapatkan pembekalan materi dari para instruktur. Saya bertugas sebagai salah satu instruktur yang memberikan pendalaman materi Microsoft Word, Microsoft excel, dan Internet ke para peserta tunanetra sebelum mereka masuk tahap final.

Di tahun 2015, Kementrian Kominfo mengadakan acara serupa di Pustiknas Ciputat tapi dengan skalayang lebih kecil. Bekerja sama dengan YPAC, mereka mengundang sekitar 100 penyandang disabilitas langsung ke Jakarta dengan tajuk Kompetisi IT Nasional. Ada beberapa bidang lomba yang masih diikuti juga di Jambore IT seperti E-tool (keterampilan menggunakan Ms Word dan Ms Excel), E-design (design menggunakan Ms PowerPoint), E-Live-map (keterampilan browsing internet dan menggunakan peta Google), dan E-creative (keterampilan membuat game animasi dengan Scratch). Lomba-lomba tersebut dapat diikuti secara individu dan kelompok oleh lintas disabilitas.

Baca juga:  Profil BEAT Indonesia

Para pemenang dari Kompetisi IT Nasional 2015 ini kemudian diambil untuk ikut dalam kompetisi IT taraf internasional untuk remaja Disabilitas yang kebetulan tahun tersebut diadakan di Indonesia. Bertempat di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, perwakilan penyandang disabilitas dari negara-negara Asia Pasifik berkomeptisi dalam event Globa IT Challenge 2015 (GITC). Hadiahnya adalah kunjungan selama 2 minggu ke Korea Selatan untuk melihat perkembangan teknologi untuk disabilitas di sana.

Di tahun 2016, persiapan lebih matang dengan peserta yang lebih banyak. Ada sekitar 50 peserta tunanetra dari berbagai daerah yang perlu mendapat pendalaman materi selama berada di Pustiknas Ciputat. Maka dari itu selain saya, ada beberapa rekan instruktur yang juga tunanetra lainnya yaitu Andira, Rafik, Niki Andro, dan Irma. Ketika mengajar melatih komputer untuk para tunanetra, memang sulit saat harus dilakukan secara masal. Satu orang instruktur idealnya mampu memegang sekitar 5 hingga 10 peserta pelatihan yang tunanetra. Ini karena tiap peserta menggunakan software screen reader di komputernya, sehingga harus menggunakan headset, dan bimbingan komputer dasar harus dilakukan one by one terutama saat belajar cara navigasi.

Memang jadi sebuah tantangan ketika mengajar adik-adik tunanetra. Namun semua rasa lelah itu terbayar ketika menemui banyak peserta yang sangat potensial di bidang TIK. Bersyukur pada sistem pendidikan yang makin inklusif dan menciptakan para penyandang disabilitas yang juga dapat belajar di sekolah umum bukan hanya sekolah khusus. Mereka telah memanfaatkan TIK untuk membantu selama proses belajar di sekolah. Selain itu, dengan adanya internet dan sosial media, mereka sudah banyak yang terhubung via Facebook dan dapat saling belajar satu sama lain secara online. Maka dari itu senang juga ketika dapat menjalin silaturahim, apalagi ketemu dengan teman-teman tunanetra yang selama ini hanya dikenal di Facebook, akhirnya dapat bertemu langsung di ajang Jambore IT untuk Remaja Disabilitas.

Baca juga:  Bimtek Peningkatan Literasi dan Pemanfaatan TIK untuk PenyandangDisabilitas

Semoga sedikit ilmu saya di bidang TIK yang dibagikan selama pembekalan materi dapat bermanfaat. Alhamdulillah dari beberapa tunanetra yang ikut kelas, ada Akhlakul Imam dari Padang yang mendapat juara dua untuk kategori E-tool, lalu seingat saya juga ada Tovi Widi dari Solo yang dapat juara di lomba kelompok. Berharap ke depannya, TIK benar-benar dapat membuka peluang penyandang disabilitas di dunia kerja, bukan hanya sebatas ajang lomba dan pertunjukan. (DPM)