Jakarta – Alhamdulillah kembali dapat kesempatan untuk berbagi cerita di televisi pada momentum Hari Disabilitas Internasional. Kali ini di stasiun televisi CNN Indonesia yang tayang di layanan TV berbayar Trans Vision. acara berupa dialog di program The World Tonight dengan host mbak Olivia Marzuki.
CNN Indonesia merupakan stasiun TV berita yang relatif baru. Meski menggunakan nama CNN seperti televisi yang di Amerika, tapi CNN Indonesia tak ada afiliasi dengan CNN. Pihak Trans Corp hanya membeli lisensi CNN untuk dipakai di CNN Indonesia. Studio CNN Indonesia ada di kawasan stasiun televisi Trans TV yaitu di daerah Tendean Jakarta Selatan.
Selain versi televisinya, sudah ada sebelumnya portal berita online di www.cnnindonesia.com yang uniknya juga satu grup dengan Detik.com. Tadinya agak heran mengapa dalam satu grup perusahaan ada cnnindonesia.com dan detik.com yang sama-sama situs berita online. Dari hasil ngobrol-ngobrol sedikit dengan mas Adi dari CNN Indonesia sebelum dialog on air dimulai, ternyata dua portal berita itu tetap sama-sama naik pengunjungnya. Mungkin karena ada karakteristik dasar yang berbeda dari keduanya. CNN Indonesia lebih ke berita-berita yang mendalam, sedang detik.com ke informasi yang singkat dan cepat seperti namanya Detik.
Kembali ke dialog saya di program World Tonight CNN Indonesia. Awalnya saya dihubungi oleh salah satu teman yang juga alumni FIB UI yang kerja di CNN Indonesia, namanya Gilang Muhammad. Gilang teman satu angkatan beda jurusan di Sejarah FIB UI. Dulu sewaktu saya ikut jadi anggota BEM UI 2010 rezim Imad-Choki, Gilang jadi kepala departemen seni dan olahraga di BEM UI. Ketika ditawari via kontak whatsapp oleh Gilang, saya langsung menyanggupi apalagi momentumnya saat Hari Disabilitas Internasional 3 Desember.
Sama sekali bukan karena ingin populer atau lainnya tampil di TV, tapi kesempatan untuk dapat bicara ke publik dan memberitahukan bagaimana penyandang disabilitas dapat berkarya itu yang langka. Tak cukup percaya diri sebetulnya jika harus menceritakan mengenai diri sendiri karena prestasi pun biasa-biasa saja dan belum banyak yang dilakukan untuk publik. Tapi semoga sedikit cerita dari saya dapat membuka pandangan masyarakat, yang diharapkan nantinya juga akan berdampak pada perlakuan kita terhadap para penyandang disabilitas secara umum.
Obrolan sepanjang dialog seputar Kartunet dan bagaimana seorang tunanetra dapat berprestasi. Kuncinya ada pada kehadiran software screen reader atau pembaca layar yang diinstall pada komputer sehingga seorang tunanetra dapat mengoperasikan komputer. Mulai dari software office sampai browsing internet dan membuat website. Teknologi tersebut jadi sebuah revolusi besar untuk hidup seorang tunanetra yang tadinya terbatas secara visual, kembali dapat melakukan hal-hal melalui bantuan komputer.
Saya juga diminta untuk mengomentari sebuah berita mengenai restoran yang mempekerjakan seluruh karyawannya adalah penyandang tunarungu atau teman-teman tuli. Jelas saya menyampaikan bahwa selama ini masyarakat hanya melihat penyandang disabilitas pada kekurangan atau hal yang dia tidak dapat lakukan. Padahal selain itu, masih jauh lebih banyak hal yang dapat dia lakukan. Misal pada seorang tunarungu, satu hal yang tak dapat dilakukan hanya mendengar dan bicara, tapi masih jauh lebih banyak hal lain yang dapat dilakukan. Maka dari itu hanya diperlukan solusi dalam hal komunikasi untuk membuat mereka jadi able dan berkarya.
Terima kasih buat CNN Indonesia yang sudah memberikan kesempatan untuk menginspirasi masyarakat bahwa penyandang disabilitas, dengan dukungan yang dibutuhkan, dapat b berkarya dan berkontribusi pula untuk masyarakat. Terima kasih juga untuk bro Gilang yang sudah menghubungi dan merekomendasikan untuk mengisi salah satu acara di media tempat kerjanya. Luar biasa deh UI connection 🙂 (DPM)