Menyambangi Malam di Ujung Malioboro

Jakarta – Yogyakarta sudah dikenal sebagai kota seni dan budaya. Banyak seniman-seniman besar yang hadir dari kota ini. Meski dilanda modernisasi, kota ini tetap tak kehilangan ruhnya. Berkunjunglah ke daerah kraton, Malioboro, dan sekitarnya, akan ditemui nuansa yang berbeda. Di sana aku, pada malam antara penyelenggaraan acara Blogger Nusantara 2013 berkesempatan mencicipi suasana malam di ujung Malioboro.

Hari pertama #BN2013 diadakan penuh di Joglo Abang, daerah kabupaten Sleman. Sebetulnya, acara masih berlanjut hingga malam hari dengan adanya pagelaran Jatilan. Jika ada yang belum tahu Jatilan, pasti tahu Kuda Lumpung. Tapi panitia juga memberikan opsi di malam hari sebelum menuju ke penginapan di Desa Wisata Tembi, diizinkan untuk menjelajah Jogja. Panitia menyediakan mobil-mobil dan bus yang akan mengantar peserta yang ingin jalan-jalan ke Malioboro dan sekitarnya, kemudian bertemu lagi di meetingpoint yang ditentukan untuk bersama-sama menuju ke penginapan. Tak mau lewatkan kesempatan, aku ambil opsi buat jelajah Jogja. Bersama @Babeh_Helmi dan rekan-rekan Blogger yang lain, kita naik mobil dan didrop di dekat Monumen Serangan Umum 1 Maret.

Sekilas tentang Malioboro. Dari beberapa sumber yang kubaca, kata Malioboro berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya karangan bunga. Malioboro adalah bagian dari garis imaginer poros bumi menurut mitologi Jawa yang menhubungkan antara Gunung Merapi hingga ke pantai Parangtritis. Jalan ini juga konon berderet karangan bunga di tepi-tepinya setiap ada iring-iringan istana dalam upacara atau ritual adat lainnya. Kini, Malioboro masih tetap jadi rute utama iring-iringan upacara kraton, meski bagian bahu jalan berubah jadi pertokoan dan pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai pernak-pernik budaya Jogja dan makanan.

Baca juga:  Di Kuta Bali, Cinta Kita?

Sekitar awal 2012 pertama kali aku ke Malioboro. Lumayan belanja-belanja sedikit souvenir buat keluarga dan teman. Memang di Malioboro ini dapat dikatakan surganya belanja souvenir. Mau pernak-pernik apapun, dari aksesoris, gantungan kunci, patung, miniatur, dari yang termurah sampai termahal ada. Batik-batik dan pakaian juga banyak dijual dengan harga yang menarik. Jika pintar menawar, maka akan dapat murah. Tapi jurus sederhana yang dapat dipakai jika ingin belanja di Jogja, coba pakai sedikit Bahasa Jawa. Cukup yang sederhana saja yang wajib dihafalkan seperti Enggeh = iya, mboten = tidak, niki pinten = ini berapa harganya, dan matur suwun = terima kasih. Memang tidak ada jaminan  bahwa akan dapat harga lebih murah. Paling tidak kita mengikuti adat kesopanan masyarakat Jogja yang bangga akan budayanya itu.

Tadinya mau coba jalan-jalan malam sepanjang Malioboro. Tapi karena sedang malam minggu dan biasanya akan sangat padat sepanjang jalan, jadi kita hanya nongkrong-nongkrong di sekitar monumen. Lumayan, di sana ditraktir sama @Babeh_helmi makan siomay, sate, sama minum semangkuk wedang jahe. Kalo @Babeh_helmi sih sambil makan sibuk foto-foto terus modus kayaknya. hehe. Oia, @Babeh_helmi ini blogger dari @Blogdetik yang hobi foto-foto modus dan juga jago nyepik. Bisa follow @babeh_helmi buat yang mau jago nyepik. Belum tahu definisi “nyepik”? silakan tanya langsung ke babeh.

Lalu aku hanya duduk-duduk di sekitar sana dan menikmati suasana yang ada. Ramai orang lalu lalang, makan di pedagang kaki lima, dan alunan musik pengamen jalanan berbaur menjadi satu. Dari semua itu, bagian yang paling aku suka dari Jogja adalah kreativitas seniman-seniman jalanannya. Berbeda dengan pengamen di Jakarta yang kadang hanya sekedar genjrang-genjreng terus menadahkan tangan, pengamen-pengamen di seputar Malioboro betul-betul seniman. Nyata bedanya kualitas yang disajikan. Mungkin bukan sekedar uang yang dicari oleh mereka, tapi apresiasi pada bakat musik oleh pelancong Malioboro.

Baca juga:  Ceritanya, Semalam di Malaysia

Dari tempatku duduk, meski agak jauh, jelas terdengar sekelompok penyanyi jalanan yang lengkap dengan ampli dan alat band-nya. Dibanding memasang headset ke iPhone dan menyumpalkannya ke telinga, jauh lebih menyenangkan mendengarkan mereka bernyanyi. Kelompok-kelompok penyanyi jalanan seperti mereka ini memang banyak mangkal di sekitar Malioboro. Memang kadang masih ada satu dua pengamen asal-asalan yang bermodal suara sumbang, tapi tak ada artinya dibandingkan dengan mereka. Mungkin mereka adalah mahasiswa-mahasiswa perantuan yang sekedar cari pengalaman dan uang bayar kosan, atau bisa juga seniman-seniman tulen yang sengaja menghibur masyarakat.

Entah berapa lagu sudah mereka nyanyikan sepanjang malam itu. Dari lagu Indonesia hingga barat tandas mengisi kekosonganku malam itu. Suasana yang membuatku larut dalam fikiran-fikiran mengenai masa lalu dan juga masa depan. Kenangan pada orang-orang terkasih, dan harapan untuk cinta di esok hari. Ingin rasanya suatu saat nanti, kuajak diayang dicinta, menghabiskan malam berjalan-jalan sepanjang Malioboro, lesehan makan gudeg, atau sekedar duduk-duduk dan menikmati lantunan musik penyanyi jalanan.

Namun segala keasyikan itu akhirnya dikalahkan pula oleh kantuk dan fisik yang lelah. Karena sejak pagi setelah 12 jam perjalanan di atas kereta dari Jakarta – Solo langsung dilanjut ke Jogja tanpa istirahat, terpaksa aku menyerah juga. Bersama @babeh_helmi dan dua teman blogger perempuan (yang aku lupa dari komunitas mana), kita naik taksi untuk menuju ke Desa Wisata Tembi di kabupaten Bantul. Sebetulnya ada shuttle bus yang disedikan panitia untuk bersama menuju Tembi, tapi karena letaknya agak jauh dari tempat kami nongkrong, jadi kita naik taksi saja. Terima kasih buat @babeh_helmi yang kembali traktir ongkos taksi. hehe.

Baca juga:  Tiket Kereta Api Jakarta Solo Paling Murah

Sempat ada masalah sedikit ketika namaku tidak tercantum di daftar peserta yang menginap di Tembi. Tapi akhirnya aku dan @babeh_helmi dapat kamar menginap 1 kamar buat 1 orang yang seharusnya di data 1 kamar untuk 10 orang. Blessing In disguised. Namun pengalaman ini akan diceritakan di postingan berikutnya. Apa sebetulnya Desa Wisata Tembi itu, dan bagaimana kelanjutan acara Blogger Nusantara 2013 di hari kedua. Apabila ada yang ingin berkomentar, monggo nggeh.(DPM)

4 Comments

  1. Wah! Seru juga pengalamanya di malioboro. Jadi Pengeen kesana?hehe
    Btw tulisanya bagus lo, enak ngebacanya.

  2. haha udah lama ga kesana. kangen juga rasanya

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending DPM