Perkusi Dini Hari

Jakarta, 2 Ramadan 1436

Ada yang membuat tiba-tiba tersenyum dan mensyukuri hidup di Indonesia. Ini mungkin akan jadi satu hal yang sangat dirindukan ketika bulan Ramadan tidak berada di Indonesia. Jika makanan dapat dicari bahannya lalu dibuat sendiri, jika ingin menonton acara-acara televisi lokal dapat video streaming, tapi jika rindu bagian dari tradisi ini, tentu sulit mencarinya.

Di lingkunganku, masih rutin menjelang jam 3 pagi di kala bulan Ramadan, sekelompok anak dan remaja berkeliling kampung sambil membawa tetabuhan. Biasanya itu jika tidak ember, gelas dan sendok sebagai pemukul, galon air mineral, atau penggorengan dan tutup panci. Sambil membuat harmoni sumbang tapi khas sekali Indonesia, mereka bernyanyi atau melantunkan shalawat Nabi untuk membangunkan para tetangga makan sahur.

Ini tradisi yang biasa ada di berbagai daerah di Indonesia. Khususnya di daerah pedesaan atau pinggiran kota. Memang fungsi untuk membangunkan orang sahur itu sudah dapat digantikan oleh alarm di HP atau jam weker, tapi tradisi itu nampaknya akan selalu dirindukan setiap bulan Ramadan datang.

Di satu sisi, kegiatan itu pada umumnya digemari oleh anak-anak. Anak-anak yang biasanya juga sedang masa liburan sekolah, akan semangat untuk bangun lebih awal karena ingin dapat keliling kampung membangunkan penduduk. Selain itu, hal ini juga dapat mempertahankan rasa kekeluargaan di antara warga karena kepedulian untuk membangunkan orang sahur tetap ada. Tentu saja, tetabuhan keliling membangunkan orang sahur ini ‘dilegalkan’ yang apabila dilakukan di luar waktu itu, akan mendapat omelan dari pak hansip.

Namun ada hal lain yang mungkin perlu dicermati. Jangan sampai waktu yang sangat berharga selama bulan Ramadan ini dihabiskan untuk hal-hal yang tidak substantif. Mengapa tidak sekalian ketika membangunkan orang untuk sahur, diingatkan untuk solat malam atau Qiyamul Lail juga? Padahal waktu-waktu jam 2 atau jam 3 itu sangat berharga dan tepat apabila digunakan untuk qiyamul lail. Sayang-sayang bukan jika hanya untuk bangun sahur, lalu makan di awal waktu, kemudian tidur lagi?

Baca juga:  Ahok "Sakit Gigi", Umpan Anies tak Digigit

Di luar semua itu, tradisi perkusi di dini hari ini tentu akan sangat dirindukan. Apalagi jika niatku untuk melanjutkan study di luar negeri dikabulkan oleh Allah SWT. Boro-boro perkusi atau tetabuhan membangunkan sahur, di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan beragama Muslim, bahkan adzan tak ada. Kerinduan mendengarkan suara adzan hanya dapat diobati dari aplikasi Athan yang ada di smartphone.

Mengenai suara-suara yang sebetulnya ‘berisik’ tersebut, mengingatkanku pada kadang keluhan sebagian masyarakat yang tidak menginginkan pemutaran pengajian Al-Qur’an di waktu-waktu menjelang Maghrib atau sebelum adzan Subuh. Ada yang mengatakan mengganggu atau alasan lainnya.

Sebetulnya jika mau ditilik dari akar budaya kita, bangsa ini sangat akrab dengan bunyi-bunyi keras dalam berbagai hal. Misal dalam pernikahan, ada yang menggunakan petasan atau gamelan dan tetabuhan lainnya. Jadi menurut aku tak dapat dihilangkan budaya penggunaan Toa untuk menyiarkan ceramah atau pengajian keras-keras.

Untuk itu, mari kita ambil hikmahnya saja. Bahwa suara-suara keras tersebut sebagai alarm alami dari hidup kita. Buat orang yang biasa qiyamul lail dan terbangun oleh pengajian di mesjid, tentu akan merasa aneh apabila tidak boleh lagi memutar kaset pengajian di mesjid. Buat anak-anak yang biasa pulang ke rumah menjelang Maghrib, tentu akan terlewat apabila tidak mengenai waktu dari kaset pengajian yang diputar. Meski ada penunjuk waktu di handphone, tapi alarm-alarm alami itu tetap dibutuhkan.

Semoga saja kita dapat lebih bersabar dan melihat sesuatu lebih luas ketimbang menilai secara terburu-buru. Karena dari tiap peristiwa, selama tidak menyalahi prinsip-prinsip akidah, tentu ada hikmah yang diambil. Semoga pula, cita-cita untuk lanjut studi S2 ke luar negeri segera dikabulkan Allah SWT.(DPM)

2 Comments

  1. sekarang udah gede, gapernah lagi ikutan bangunin sahur :v

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending DPM