Tangerang – Akhir 2016 lalu, saya diajak untuk bergabung dalam tim BEAT Indonesia. BEAT adalah kependekan dari Barrier-free Environment Accessible Transportation. Pelatihannya di AirAsia Academy, dekat KLIA, Malaysia. Jadi sekarang saya masuk dalam tim BEAT Indonesia yang siap memberikan training mengenai layanan yang aksesibel untuk difabel ke penyelenggara transportasi publik.
PENDAHULUAN
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat, penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama dengan warga Negara pada umumnya untuk menikmati fasilitas dan layanan umum serta transportasi yang aksesibel guna mengoptimalkan peran-sertanya dalam kehudupan bermasyarakat dan bernegara. Sayangnya, hingga kini sebagian besar fasilitas layanan umum dan transportasi di Indonesia belum aksesibel bagi penyandang disabilitas. Bahkan, masih sering dijumpai kasus-kasus diskriminasi yang dilakukan oleh pengelola layanan umum dan awak transportasi. Hal ini menciderai martabat dan kemanusiaan penyandang disabilitas serta mereduksi dan bahkan menutup peluangnya untuk berpartisipasi dalam dan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Sebagai Negara yang telah meratifikasi Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas (Convention on the Rights of Persons with Disabilities; CRPD), Indonesia berkewajiban untuk mempromosikan, membangun, dan mengembangkan aksesibilitas layanan umum dan transportasi yang aksesibel sebagaimana diamanatkan oleh konvensi tersebut:
“Agar penyandang disabilitas mampu hidup secara mandiri dan berpartisipasi penuh dalam semua aspek kehidupan, Negara-negara pihak wajib mengambil langkah yang tepat untuk menjamin akses bagi penyandang disabilitas, atas dasar kesamaan dengan warga lainnya, terhadap lingkungan fisik, transportasi, informasi, dan komunikasi, termasuk sistem serta teknologi informasi dan komunikasi, serta akses terhadap fasilitas dan jasa pelayanan lain yang terbuka atau tersedia untuk publik, baik di perkotaan maupun pedesaan.” (CRPD Pasal 9 (1).
Salah satu langkah yang harus dilakukan oleh Negara sesuai dengan amanat Pasal 9 ayat (2b) CRPD adalah menjamin bahwa sektor swasta yang menawarkan fasilitas dan layanan umum mempertimbangkan seluruh aspek aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Di samping itu, sesuai dengan amanat Pasal 9 ayat (2e) CRPD, setiap penyedia layanan umum dan transportasi wajib menyediakan bentuk-bentuk bantuan dan perantara langsung, termasuk pemandu, pembaca, dan penerjemah bahasa isyarat profesional untuk memfasilitasi aksesibilitas terhadap bangunan dan fasilitas lain yang terbuka untuk publik.
Lebih lanjut lagi, Pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian kepada isu disabilitas dengan diundangkannya UU no.8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. UU yang merupakan harmonisasi dari CRPD tersebut, secara eksplisit menjelaskan tentang hak aksesibilitas yang perlu diwujudkan dalam penegakan hak penyandang disabilitas di setiap bidang, termasuk di dalamnya bidang transportasi dan bangunan publik. Hal tersebut tertuang di dalam pasal 1 dan pasal 19 tentang aksesibilitas dan layanan publik.
Namun, berdasarkan pengalaman selama ini, upaya penyediaan aksesibilitas pada fasilitas umum dan transportasi tersebut belum banyak dipahami oleh para penyedia layanan. Akibat langsungnya dirasakan sangat memberatkan bagi penyandang disabilitas berupa ketidaknyamanan dalam menggunakan fasilitas tersebut. Bahkan, banyak di antara penyandang disabilitas yang tidak dapat mengaksesnya sama sekali.
SIAPA BEAT INDONESIA
BEAT Indonesia lahir pada tahun 2011 melalui program pelatihan DET (Disability Equality Training) dan Disability Related Service Training (DRST) di Air Asia Academy yang diselenggarakan oleh BEAT Malaysia di Air Asia Academy pada tahun 2011. Trainer-trainer dalam kegiatan ini adalah para penyandang disabilitas yang professional dan telah mengikuti dan mendapat sertifikat DET-DRST. Mereka adalah:
- Sunarman Sukamto (Direktur PPRBM Solo)
- Mimi Mariani Lusli (Direktur Mimi Institute)
- Rachmita Maun Harahap (Direktur Yayasan Sehjira Jakarta)
- Suharto (Direktur Program Pengarusutamaan Difabel, SIGAB Yogyakarta)
- Yustitia Arief (Direktur Lembaga Advokasi Inklusi Disabilitas, AUDISI)
- I Nengah Latra (Direktur YAKKUM Bali)
- Astrid Lousia (Mimi Institute Jakarta)
- Sri Puryantini (YPAC Jakarta)
- Revita Alfi (Sekretaris Yayasan Sehjira Jakarta)
- Diana Adezza Effendi (Mimi Institute Jakarta)
Selama hampir 5 tahun berdiri, BEAT Indonesia melalui lembaga anggotanya masing-masing menyelenggarakan paket pelatihan untuk pengenalan konsep disabilitas dan pelayanan akses bagi disabilitas guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang inklusif dan ramah disabilitas. Program paket pelatihan meliputi materi training sebagai berikut :
- DET
- DRST untuk Visual Impairment
- DET untuk Hearing Impairment
- DRST untuk Physical Disabilities
- DRST untuk Learning Disabilities
Seiring dengan berkembangnya BEAT Indonesia maka tim BEAT Indonesia juga membuka peluang bagi kandidat-kandidat baru untuk dapat dilatih menjadi anggota tim. Kaderisasi dirasakan perlu mengingat jadwal yang semakin padat dari setiap anggota asli BEAT Indonesia dan semakin banyaknya stakeholders yang tertarik untuk mengikuti paket pelatihan dari tim BEAT Indonesia.
TUJUAN PELATIHAN
Terwujudnya lingkungan bebas hambatan dan transportasi yang aksesibel di seluruh Indonesia sesuai visi BEAT yakni LINTAS Indonesia, LINTAS Asia dan LINTAS Dunia.
BIDANG PRIORITAS
Kategori program ini di prioritaskan kepada Dinas Pemerintahan, yaitu : Perhubungan, Pertamanan, Pekerjaan Umum. Serta sektor transportasi: Penerbangan , Darat , dan Laut.
HASIL YANG DIHARAPKAN
Indikator keberhasilan atau efektivitas dari program ini diukur dengan adanya peningkatan aksesbilitas layanan umum dan transportasi yang aksesibel.
PENUTUP
Di akhir tahun 2016, BEAT INDONESIA kembali mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan paket training DET dan DRST untuk Air Asia dengan pelatih-pelatih yang menjalani IQP training di Kuala Lumpur Malaysia. Dalam IQP tersebut trainer yang mengikuti dari tim BEAT Indonesia adalah :
- Rahmita Harahap (Direktur Sehjira)
- Dimas Prasetyo Muharam (CEO PT Kartunet Media Karya)
- Yustitia Arief (Direktur Lembaga AUDISI)
- Ridwan Sumantri (Direktur Able Design)
- Heny Haryani (Mimi Institute)