Punya Paspor Membuka Dunia

“If you want to, you’ll find the ways”. Kalimat itu terngiang dalam benak aku setelah diucapkan oleh Prof. Rhenald Kasali pada pelatihan Forum Indonesia Muda (FIM) angkatan 14 di Cibubur 2 Mei lalu. Arti kalimat yang jika diterjemahkan bebas menjadi “Jika ada niat, maka ada jalan” mengingatkan aku pada salah satu episode pada acara Rumah Perubahan di TVRI yang juga diasuh oleh Prof. Rhenald.

Saat itu beliau bercerita tentang himbauannya kepada para mahasiswanya untuk membuat paspor. Meski belum tahu ingin pergi keluar negeri kemana, ia menyarankan untuk mereka agar membuat paspor secepatnya. Menurut beliau, membuat paspor adalah langkah awal niat kita untuk siap berangkat keluar negeri. Beberapa tahun kemudian ia bertemu dengan seseorang yang mengaku pernah menjadi mahasiswanya. Orang itu berterima kasih kepada Prof. Rhenald dengan menunjukkan paspor yang sudah penuh berisi cap dari berbagai negara. Dia mengatakan bahwa petualangannya untuk mengikuti konferensi dan berbagai event di luar negeri terpicu setelah diminta untuk membuat paspor oleh Prof. Rhenald.

Sesungguhnya tulisan ini dibuat dalam rangka aku baru membuat paspor satu minggu lalu. Paspor ini dibuat dalam rangka persyaratan mengikuti program Australia Leadership Award (ALA) Fellowship on Gender and Disability. Program ini semacam short course selama tiga bulan mengenai Gender and Disability di Flinders University, Adelide. Insya Allah nanti akan berangkat pada bulan September 2013 dan saat ini sedang mengusahakan membuat visa.

Kembali ke masalah paspor. Ada sedikit penyesalan dalam diri karena tidak membuat paspor sejak masih mahasiswa. Aku paham dengan maksud Prof. Rhenald bahwa dengan kita sudah membuat paspor, berarti ada niat atau keinginan untuk pergi keluar negeri. Dari niat itu, maka Allah akan memberi jalan yang mungkin tak disadari oleh kita. Secara real, jalan dari Allah itu seperti peluang beasiswa atau konferensi keluar negeri yang waktunya mendadak dan tak keburu jika harus membuat paspor lebih dulu. Dengan kata lain, niat tak ubahnya langkah persiapan untuk menghadapi sesuatu.

Baca juga:  Afirmasi Positif dari Motivator Tunanetra: Meningkatkan Keyakinan Diri dan Meraih Kesuksesan

Aku berfikir lagi bahwa jika semasa mahasiswa sudah membuat paspor, mungkin sudah beberapa kali pergi keluar negri. Satu hal yang aku sadari bahwa ada rasa enggan atau halangan tersembunyi yang membuat menghindari program beasiswa atau konferensi keluar negeri karena tak memiliki paspor. Mungkin aku tak menyadarinya saat itu, tapi itu pasti terjadi di alam bawah sadar. Coba andaikan sudah memiliki paspor, tentu konferensi atau event di luar negeri akan memiliki kadar niat yang sama seperti mengikuti acara di dalam negri. Selain itu, karena sudah membuat paspor, tentu akan ada sugesti “sayang-sayang jika paspor tidak dipakai”. Sugesti transaksional dan pragmatis itu yang tak lain dapat mendorong semangat untuk “mengoptimalkan” paspor.

Dulu aku ingat sempat berfikir bahwa membuat paspor itu mahal dan sulit. Sempat juga berfikir bahwa tak ingin membuat paspor jika tidak dapat dulu program beasiswa sehingga dapat gratisan. Namun semua hal itu salah. Kini mindset itu terbalik. Kita perlu menyederhanakan posisi paspor tak berbeda dengan KTP. Bahkan saat ini aku rela membuat paspor dengan biaya sendiri karena memang program ALA Fellowship tidak memberi biaya untuk pembuatan paspor. Mungkin jika sedari dulu sudah memiliki paspor, tak ada lagi keraguan itu.

Namun, tak ada yang perlu disesali. Aku bukan tipe orang yang menyesali apapun yang telah diputuskan dan terjadi di masa lalu. Biar semua jadi pelajaran untuk diri sendiri dan orang lain. Saat ini, ketika sudah punya paspor, semangat baru timbul yaitu untuk dapat membuat 48 lembar di paspor baru itu terisi penuh cap berbagai negara. Amin, dan aku yakin tak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik.(DPM)

12 Comments

  1. Subhanallah.. kak Reisa keren sekali.. betul. terkadang kita harus punya mimpi dulu yang mungkin menurut akal sehat irasional, tapi jika Allah mendengar dan mengizinkan, tak ada yang tak mungkin. superb kak. amin. kayak gebrakan Jokowi gitu ya? 😀

  2. Setuju denganmu mas!

  3. Saya jadi teringat waktu pertama saya membuat paspor dulu, tanpa ada bayangan akan kemana saya dengan paspor tersebut, saat itu saya senang sekali menggunakan paspor sebagai tanda pengenal dalam melamar atau mengikuti event-event walau di situ ada pilihan antara KTP atau paspor, padahal waktu itu, paspor saya kosong tidak berstempel migrasi negara manapun.. haha.. so buat kawan-kawan semua jngan pernah ragu untuk buat paspor, walau harus menguras tabungan kalian, anggap aja itu sebagai investasimu di masa yang akan datang.. smngaaattt
    And Sukses ya buat Dimas untuk program ALA nya, smga bisa terus berkontribusi untuk negeri ini khususnya bagi kaum disabilitas.. 🙂

  4. Subhanallah.. ini menginspirasi sekali. terkadang memang kita perlu memberi sugestik epada diri sendiri untuk bisa melangkah jauh.. semangat! 🙂

  5. MashaAllah, salut sama Dimas. Semangat menebar manfaat kawan. kunantikan gebrakanmu 🙂

    terkait paspor ya, alhamdulillah niat buat paspor di awal tahun 2012 kesampaian. Meskipada saat itu belum tahu mau ke mana. Eh, Allah kasih aku hadiah magang di Malaysia selama dua minggu di tahun yang sama. Gratiss semua. yuk kawan, selama kita ada niat Allah pasti kasih jalan 🙂

  6. mas Andik. terima kasih kunjungannya ke blog saya.. Salam buat teman2 di Magetan 🙂

  7. Paspor bagi saya adalah langkap pertama untuk menginjakkan kaki ke belahan bumi yang lain, Mas Dimas. Saya juga punya paspor sebagai motivasi ke luar negeri. Saya punya target tahun ini luar negeri. Semoga sukses menyertai kita semua. Amin 🙂 🙂 🙂

  8. amin.. Lisfa keren. bahkan sudah memulainya lebih dulu. Saya agak2 ketinggalan zaman nih. 😀

  9. bagus bngt tulisannya,,, sy jd malu deh ,,ampe sekarang gk punya paspor. minggu depan sy apply online untuk buat paspor 🙂

  10. keren.. semangat ya.. yakin kalo apapun yang kita lakukan tak ada yang sia-sia. apabila manfaatnya tidak langsung, mungkin hanya tertunda, atau mungkin kita sendiri tak menyadarinya 🙂

  11. Betul sekali. Ibaratnya punya paspor itu awal dari menjelajah dunia. Monggo mampir ke blog saya, kali-kali bisa saling sharing. Ma kasih. Salam :)www.sadawayans.com

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending DPM