Mendadak jadi agak perhatian dengan timeline Twitter yang berisi retwit dari akun-akun zodiak atau Ramalan Bintang. Levelnya hampir sama seperti akun @FelixSiauw yang tak pernah aku follow, tapi selalu muncul di timeline dari hasil retwit akun-akun teman. Namun difikir-fikir lagi, ada hubungan antara akun-akun Ramalan Bintang dengan punya Ustadz FelixSiauw. Tentu bukan ingin menyamakan halal tidaknya karena sebagai Muslim, amat tidak dianjurkan untuk mempercayai ramalan. Namun ada hal menarik ketika ramalan yang berdasar tanggal lahir seperti zodiak dapat mempengaruhi hidup manusia, atau malah manusia yang ingin dipengaruhi oleh isi ramalan.
Ketika orang retwit isi ramalan bintang, biasanya ada dua faktor yang melandasinya. Pertama, karena merasa cocok dengan isi ramalan. Ketika akun-akun ramalan mengeluarkan twit bahwa satu zodiak memiliki sifat tertentu dan terlintas fikiran ‘gue banget nih!’, maka langsung diretwit. Hal itu seperti juga ingin mengatakan ‘tahu banget sih ya’. Tapi pertanyannya, ketika ditemukan bahwa apa yang sedang dirasakan saat ini ternyata ada pada zodiak yang lain, apakah akan diretwit juga?
Kedua, adalah faktor pencitraan. Harus diakui, bahwa mayoritas tuips hanya retwit isi ramalan yang bagus-bagus dan sesuai dengan zodiaknya. Tentu ini di luar fakta bahwa akun-akun ramalan rata-rata hanya ngetwit hal-hal baik. Namun disadari atau tidak, seperti ada permintaan atas pengakuan dari orang lain ketika retwit isi ramalan mengenai sifat berdasar zodiak. Meski kadang isi ramalan tidak sesuai dengan yang dilakukan, asal terlihat baik dan sesuai dengan zodiak, maka akan diretwit.
Dari bahasan tersebut, memberikan dua pertanyaan lain mengenai pengaruh ramalan pada hidup manusia. Pertama, apakah benar isi ramalan bintang selalu sesuai dengan pemilik zodiaknya? Ketika ada isi ramalan yang cocok maka akan langsung diretwit, tapi ketika dirasa tak sesuai, biasanya akan dibiarkan. Hal ini masih dalam tahap kewajaran karena biasanya manusia butuh dukungan eksistensi pada apa yang dikerjakannya, dan salah satunya melalui isi ramalan. Meski tahu bahwa ramalan tak dapat dibuktikan sama sekali secara ilmiah, tapi masih saja diretwit dengan anggapan kebetulan.
Namun, pertanyaan lain yang menurutku paling berbahaya adalah ‘Jangan-jangan, isi ramalan itu yang malah mempengaruhi karakter seseorang?’. Contoh sederhananya seperti ini. Seseorang yang memiliki zodiak Sagitarius dan hobi retwit isi ramalan mengenai zodiaknya, apakah bukan mustahil hidupnya dipengaruhi oleh twit-twit itu? Ketika sudah terlalu sering membaca banyak isi ramalan yang ‘dianggap’ cocok, maka ada kemungkinan isi ramalan tersebut juga menjadi sugesti pada alam bawah sadarnya. Dengan retwit, ada dorongan ilusif bahwa ia harus berperilaku sesuai dengan prediksi zodiaknya. Ada semacam keharusan terselubung untuk menunaikan isi ramalan karena merasa sebagai orang dengan zodiak Sagitarius. Padahal, bukan tak mungkin juga, ia tak punya karakter itu. Namun karena didorong oleh sugesti, maka diusahakan untuk dilakukan.
Jika ingin ditilik lagi, Allah menciptakan manusia dengan segala keunikannya. Bahwa saudara kembar yang lahir hampir bersamaan pun, dapat punya sifat yang 180 derajat berbeda. Namun ketika seseorang mengikuti kata ramalan, ada upaya penghancuran karakter yang unik, sehingga mengikuti apa kata ramalan. Bayangkan jika semua orang di dunia mengikuti kata-kata ramalan sesuai dengan zodiaknya? Apa seru dari kehidupan ini ketika karakter tiap orang dapat ditebak hanya berdasar pada hari kelahiran? Aku masih menyangsikan hal itu karena keyakinan bahwa manusia unik dan tak mungkin sama hanya dengan kebetulan waktu lahir yang dalam periode tertentu. Apalagi anggapan bahwa sifatnya dipengaruhi oleh letak planet dan bintang.
Oleh karena itu, mulailah menghindari untuk percaya pada ramalan bintang atau bentuk lain yang sejenis. Tak apa jika memang ramalan itu ditujukan untuk lucu-lucuan atau joke. Namun tetap harus hati-hati, karena ramalan punya sifat sugestif yang dapat mempengaruhi pemikiran dari alam bawah sadar. Tak perlu minder dan harus mengikuti apa kata zodiak untuk bersikap. Percaya dengan dirimu bahwa setiap orang unik dan dibekali karakter masing-masing. Beranilah untuk berbeda. Nah, apa pendapatmu terutama yang masih percaya pada ramalan bintang?(DPM)

Dimas adalah seorang blogger, penulis, dan motivator tunanetra kelahiran kota Jakarta yang bertepatan dengan perayaan Hari Pramuka tahun 1988. Lulusan program S1 Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia ini berkarir sebagai seorang PNS Peneliti di Pusat Riset Pendidikan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Saat ini Dimas sedang menyelesaikan kuliah Master of Education di The University of Adelaide, Australia.
Haha.. Sial. Saya termasuk yg kena sindir kmrn. Hmm.. Kmrn saya sdh balas kan, saya bilang mau merenung dlu. Hasil renungan saya ada di blog saya. Klo ada waktu, mampir yak?
haha. itu ga bermaksud menyindir siapa-siapa kok. hanya refleksi diri. tapi udah baca kok tulisannya anyway 😀
hahaha gue emang gak pernah percaya sama namanya ramalan -,-
btw yang hubungan sama ustad felixnya apa? .-.
ya, ga ada sih. biar seru aja. haha. itu cuma perumpamaan meski saya tidak follow akun-akun ramalan bintang, tapi selalu muncul di timeline dari hasil retwit akun-akun yang saya follow. sama seperti akunnya ust Felix 😀
Percaya sama ramalan bintang ataupun ramalan lainnya dalam agama Islam itu dilarang karena musyrik dan tahu sendirilah bagaimana hukumnya.
Secara logika, iya sugesti, yang kalau ga salah saya pernah mendengar kalau yang membuat juga asal-asalan bukan berdasarkan penelitian/ilmiah dan aneh saja kenapa yang diambil yang sesuai dan yang kurang tidak?
Sekalipun ramalan itu benar berarti mereka telah mendahului kehendak Allah dengan mengetahui apa yang terjadi dimana informasinya di dapat dari setan/jin yang mencuri dengar percakapan antara Allah dan malaikat.
Namun, saya menghargai mereka yang percaya. Soalnya bisa berakibat SARA dan permusuhan apabila ditentang. Apalagi, saya sendiri juga punya sedikit kemampuan ini.
Kadang, ramalan menjadi kenyataan, bisa jadi itu hanya kebetulan, atau memang sudah digariskan oleh Allah karena telah diizinkan. Semua kembali ke Allah dan kepercayaannya masing-masing.