Mungkin ada yang aneh ya kok hari gini baru buat resolusi? Biasanya orang ramai-ramai memamerkan resolusi mereka ketika menjelang tahun baru. Resolusi atau yang sederhananya dapat dikatakan target/harapan hidup yang ingin dicapai itu ada yang menuliskannya di blog, dishare via twitter, status Facebook, atau cukup ditulis di kertas lalu ditempel di tembok kamar. Fungsi resolusi ini tak lain untuk menjadi pengingat langkah-langkah selama satu tahun. Nah, mengapa baru buat sekarang mblo? Modus dari tulisan ini sebetulnya karena enam bulan lalu tak cukup serius membuat resolusi, tapi agar lebih keren, anggap saja aku tak mau sama dengan mainstream *dikeplak*.
Tapi ini serius. Setelah difikir-fikir, ada beberapa poin positif jika resolusi dibuat dengan sistem dua paruh tahun seperti layaknya musim liga sepakbola di Eropa. Pertama, dengan menuliskan dua angka tahun 2013 – 2014, menunjukkan optimisme yang lebih dari sekedar satu angka tahun. Ini menunjukkan visi lebih jauh dari sekedar rentangan satu tahun. Meski jangka waktunya sama, tapi 2013 – 2014 menimbulkan kesan bahwa Anda optimis untuk menaklukan tahun ini dan tak gagap ketika menginjak tahun berikutnya.
Alasan lain karena banyak momentum dalam kehidupan ini yang dimulai dan diakhiri di pertengahan tahun. Lihat saja tahun ajaran sekolah, semester kuliah, hingga liga-liga sepakbola di Eropa menggunakan sistem paruh musim. Selain itu, kadang orang yang membuat resolusi di awal tahun, lupa untuk mengevaluasi poin-poin di resolusinya ketika di tengah tahun. Karena bulan Juni atau Juli nampaknya kurang mencolok. Jadi ketika orang-orang sibuk buat resolusi di awal tahun, aku hanya perlu evaluasi untuk paruh musim berikutnya.
Itu aja pembenaran yang coba aku ajukan. Tak mau terlalu panjang, nanti malah tak fokus pada pembuatan resolusi. Sebetulnya banyak hal yang terfikir untuk dimasukkan dalam resolusi kali ini. Aku teringat tulisan kecil dari pak Jamil Azzaini yang mengatakan bahwa resolusi itu tak zamannya lagi hanya untuk diri sendiri. Resolusi yang dibuat juga harus memiliki manfaat bagi orang lain dan dapat diukur. Namun dari semua itu, dampak itu pertama kali harus dirasakan oleh diri sendiri, baru dapat terpancar manfaatnya bagi orang lain. Sebab seseorang yang mampu menginspirasi adalah jika ia telah selesai dengan dirinya.
Hal pertama yang paling mempengaruhi resolusiku satu tahun ke depan adalah rencana keberangkatan ke Australia pada bulan September untuk program capasity-building selama tiga bulan. Beasiswa AusAID dalam program ALA Fellowship tersebut sedikit banyak mengubah rencanaku yang sudah kubayangkan ketika lulus kuliah. Ada keinginan sebetulnya untuk mencari beasiswa S2, tapi prioritas untuk kerja lebih mendesak. Ingin coba lagi mendaftar CPNS yang katanya dibuka serempak sekitar bulan September – Oktober, tapi bertepatan Insya Allah aku sedang di Adelide. Terkadang gamang juga ketika harus menyusun sebuah jadwal kehidupan. Dari seseorang aku tahu bahwa resolusi ini harus dibuat, agar hidupku lebih teratur. Punya ceklis sebagai parameter menuju arah yang diinginkan. Dengan menyebut nama Allah, berikut resolusiku musim 2013 – 2014.
- Menginjakkan kaki di luar negeri
Meski aku merasa hidupku sangat step by step sekali, Insya Allah di September nanti dapat menginjakkan kaki ke negara di sebelah selatan Indonesia, Australia. Saat ini masih dalam proses Pengajuan visa pelajar yang katanya 21 hari selesai. Semoga proses tak ada gangguan, sehingga aku dapat benar-benar menginjakkan kaki di negeri Kangguru. - Translating, Interpreting, dan Teaching English
Karena persiapan untuk berangkat ke Australia pada bulan September selama tiga bulan, praktis aku tak dapat melamar pekerjaan formal. Solusinya aku harus fokus pada mencari order untuk penerjemahan dan membuka les di rumah. Aku ingin mulai pada bulan Juli ini. Lumayan masih ada waktu dua bulan. Semoga nanti setelah di Ausy pun order tetap dapat dikerjakan via online, dan mengajar dapat dilanjut adik yang sudah masuk SMA. - Ikut CPNS 2013
Ini poin yang amat tentatif. Aku tak berharap perjalanan ke Ausy gagal, tapi jika waktu memungkinkan akan dipersiapkan semua dokumen yang diperlukan sebelum keberangkatan. Nanti minta bantuan ke bapak untuk mengurusnya. Dengan catatan, test tertulis diadakan setelah kembali dari Adelide di akhir November. Namun jika tidak, ini dapat jadi resolusi di 2014 – 2015. - Mendapat Pekerjaan Tetap
Kembali dari Ausy prioritasku adalah mendapatkan sumber penghasilan tetap. Entah dimana, aku minat di bidang tulis-menulis, jurnalistik, social media, dan internet. Mungkin akan mencoba melamar ke media massa atau menghubungi teman-teman semasa mahasiswa yang memiliki info lowongan di tempatnya bekerja. Dalam hati, aku ingin sekali bekerja jika tidak di bidang yang tadi, yaitu di sektor publik, baik sebagai PNS atau honorer. Ada intuisi bahwa apapun yang dilakukan, aku ingin dapat berkontribusi bagi bangsa dan negaraku. - Persiapan Meraih Beasiswa S2
Sembari bekerja, aku ingin mulai membagi perhatian untuk persiapan mendapatkan beasiswa S2 di luar negeri. Peluang yang paling terbuka yaitu ADS Scholarship di Australia. Meski ada keinginan untuk dapat kuliah S2 dengan beasiswa di Eropa atau Amerika. Satu hal yang jelas, persiapan harus dilakukan seperti re-improving English skill, nilai Toefl, dll. Biasanya untuk beasiswa ADS, tenggat waktu pengumpulan pada bulan Juli dan proses hingga final dapat memakan waktu hampir satu tahun. Jadi memang tepat jika aku punya pekerjaan tetap dulu sambil mengurus pengajuan beasiswa. Apalagi jika sudah menjadi PNS, akan lebih berpeluang mendapatkan beasiswanya. Insya Allah terealisasi di tahun 2015. - Memiliki Calon Pendamping
Resolusi lainnya adalah aku perlu lebih serius untuk mencari calon istri dan ibu untuk anak-anakku kelak. Tentu sembari meningkatkan terus ibadah dan kadar keimanan. Aku ingin calon istri yang mencintai Allah dan Rasul-Nya sepenuh hati, sehingga dapat mencintaiku karena-Nya dan mendidik anak-anakku kelak dengan kepandaiannya. Semoga Allah mengabulkan ini dan mempertemukan dengan jodohku dan bisa mulai berkomitmen di 2014. Sebab resolusiku di tahun 2015 Insya Allah sudah menikah sambil mengajak istri ikut studi di luar negeri. Amin ya robalalamin. - Memiliki Tabungan 20juta
Aku perlu memiliki tabungan paling tidak 20juta jika ingin menikah di tahun 2015. Maka, aku perlu bekerja dan mengoptimalkan semua potensi yang kumiliki untuk mengumpulkan uang. Selama mengurusi project Kartunet.com, tak ada pendapatan financial yang berarti. Meski begitu, aku cukup puas dengan dapat ikut membesarkan Kartunet seperti sekarang ini. - Menulis Satu Buku
Aku yakin dan harus dapat menunaikan resolusi ini. Sebelum bulan Juli tahun depan, aku ingin dapat mengeluarkan sebuah buku. Aku sudah punya konsepnya dan mulai menyicil sejak resolusi ini dibuat. Salah satu pengwujudannya yaitu dengan menulis minimal satu post di blog tiap hari.
Delapan poin itu yang menjadi resolusiku di musim 2013 – 2014. Kata orang tahun politik, tapi jadi tahun kerja keras untukku mengejar banyak hal yang tertinggal. Jika ada pertanyaan, mana resolusi untuk kegiatan sosial seperti Kartunet dan Relawan Baca? Pada tahap ini, aku tidak merasa kegiatan sosial perlu dimasukkan dalam resolusi satu tahun. Mereka sudah menjadi seperti darah dalam nadiku. Meski tak menjadi prioritas utama lagi, aku tak akan dapat meninggalkannya sampai kapanpun. Karena kita tak akan pernah merasakan hidup, jika tidak membaginya kepada orang lain. Semoga resolusi 2013 – 2014 ini menjadi do’a untukku, dan Allah meridhoinya untuk menjadi kenyataan. Amin.(DPM)

Dimas adalah seorang blogger, penulis, dan motivator tunanetra kelahiran kota Jakarta yang bertepatan dengan perayaan Hari Pramuka tahun 1988. Lulusan program S1 Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia ini berkarir sebagai seorang PNS Peneliti di Pusat Riset Pendidikan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Saat ini Dimas sedang menyelesaikan kuliah Master of Education di The University of Adelaide, Australia.