Dua pekan terakhir saya dan teman-teman di Kartunet.com menadvokasi kasus diskriminasi pada penyandang disabilitas oleh maskapai Garuda Indonesia. Bukan hal baru, tapi jadi menarik karena teh Cucu, sebagai korban, berani untuk ambil langkah tegas dann menggandeng banyak pihak untuk menadvokasi kasus tersebut.
Selain didukung oleh sesama aktivis disabilitas, YLBHI juga ikut membantu somasi kepada pihak Garuda Indonesia, Gapura Angkasa, dan Angkasa Pura untuk melakukan perubahan. Perubahan yang diharapkan bukan hanya untuk individu teh Cucu, tapi juga untuk seluruh penyandang disabilitas di Indonesia. Agar tak ada lagi diskriminasi, khususnya di maskapai domestik.
Sederhananya, kasus ini bermula pada tanggal 9 Maret 2013 yang kembali, teh Cucu karena menggunakan kursi roda, dipaksa oleh petugas maskapai untuk tanda tangan surat pernyataan sakit. Padahal dia tidak dalam kondisi sakit. akan tetapi pandangan masyarakat kita yang mengeneralisasi bahwa setiap yang menggunakan kursi roda itu adalah orang sakit, maka ada diskriminasi itu. Sebetulnya tak mengapa jika hanya tanda tangan dan dipaksa bilang bahwa ia sakit. Isi surat pernyataan itu sendiri sangat merugikan. Apabila terjadi hal buruk pada yang tanda tangan, maka pihak maskapai tidak akan bertanggung jawab. nah, sangat diskriminatif bukan? padahal sama-sama beli tiket. Masih ada kejadian yang lain. Lengkapnya silakan baca-baca di www.kartunet.com
Ada hal menarik selama Kartunet.com menadvokasi kasus tersebut. Ternyata, apa yang kami lakukan dengan terus mengikuti perkembangan kasus via mail dan skype, menuliskannya dalam artikel-artikel dan berita, lantas menyebarkannya melalui social media, email, dan millis, bukan tanpa hasil. Ketika pihak Garuda Indonesia pertama kali menanggapi kasus ini, pada press release-nya pak Pujo Broto, VP Corporate Communications Garuda Indonesia, menyebutkan artikel pertama yang ditulis untuk buzzing kasus ini. Di sana disebutkan yang kurang lebih “Sebagai tanggapan pada tulisan Masih Ada Diskriminasi di Garuda Indonesia pada sebuah media”.
Alhamdulillah, kami bersorak saat itu. Kami tahu persis bahwa itu adalah artikel yang kami buat dan diterbitkan di kartunet.com. Jika kamu googling dengan judul “masih ada diskriminasi di Garuda Indonesia”, maka artikel di Kartunet.com yang keluar di pencarian google. Hal ini semakin membuat kami semangat bahwa apa yang kami tulis cukup berpengaruh dan menjadi perhatian VP Corporate Communications Garuda Indonesia. Namun yang disayangkan, tidak disebutkan bahwa “sebuah media” itu adalah Kartunet.com. Menyedihkan memang, tapi ya sudahlah. Hal terpenting adalah kasus ini bisa diliput lebih banyak media massa mainstream dan mendapat perhatian pihak Garuda Indonesia.
Masih banyak pengalaman berharga dari proses advokasi media kasus ni. Di antaranya fakta bahwa kasus ini sangat banyak terjadi di teman-teman penyandang disabilitas. Bahkan maskapai plat merah yang terbaik di Indonesia itu, cukup sering ada paksaan penandatanganan surat pernyataan sakit. Satu hal ironis lagi adalah ketika Teh Cucu mendapatkan perlakuan istimewa dari Garuda pasca pertemuan dan permintaan maaf, di hari yang sama, Pak Maman, masih mendapat paksaan tanda tangan surat tersebut dalam perjalanan dari Jakarta ke Solo.
Oia, upaya advokasi ini juga dibantu oleh change.org. Sebuah situs untuk membuat petisi online dan memperoleh dukungan dari banyak pihak untuk memperjuangkan sebuah isu. Oleh pihak Change.org juga, terjadi mediasi antara pihak teh Cucu dan disabilitas lainnya, dengan pihak Garuda Indonesia dkk. Sungguh luar biasa kekuataan petisi online itu. Hingga dua pekan, sudah terkumpul lebih dari 1700 tanda tangan.
Menarik untuk terus mengawal proses penghapusan diskriminasi ini. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan jejaring social media yang ada. Mereka tak dapat dibiarkan begitu saja hingga penyandang disabilitas terlupakan.
Kebetulan pagi ini saya akan ke Bali dengan menggunakan Garuda Indonesia. Semoga saja nama saya yang sering berseliweran di Kartunet.com sebagai penulis berita sekaligus pemimpin redaksi yang banyak menkritisi Garuda, tidak masuk dalam black list penumpang Garuda. Semoga perjalanan dengan Garuda nanti lancar, dan sampai Denpasar hingga nanti pulang kembali ke Jakarta dengan Garusa pada 26 Maret dengan selamat. Postingan berikutnya nanti akan cerita tentang event di Bali itu yaitu PostMDGS2015.