Tegnologi Membuka Peluang Tunanetra Berkarya dengan Mendongeng

 Pagi ini (15-09-2021) memulai tugas sebagai juri lomba dongeng untuk siswa tunanetra jenjang SMP dan SMPLB nasional dalam rangka Hari Bahasa 2021. Kegiatan yang diadakan oleh Badan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini dimulai dengan webinar dimana saya menjadi salah satu pematerinya bersama pak Marja (dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNJ) dan ka Rona Mentari (juru dongeng keliling / pendiri Rumah Dongeng Mentari).

Satu topik yang coba saya kemukakan dalam diskusi yaitu bagaimana teknologi membuka peluang untuk tunanetra berkarya dengan dongeng. Dimulai dengan fakta bahwa keterampilan berbicara / olah vokal menjadi salah satu kekuatan yang dapat dieksplorasi oleh seorang dengan hambatan penglihatan. Kegiatan mendongeng yang berfokus pada penyampaian narasi, intonasi, karakter vokal, dan dinamika suara, seyogyanya menjadi potensi besar tunanetra dapat berkarya. Lalu ditambah dengan perkembangan teknologi komputer bicara, memungkinkan tunanetra mempublikasi karyanya di channel Youtube atau sebagai podcast / siniar.

Silakan dapat disimak rekaman dari diskusi pagi ini yang semoga dapat menginspirasi kamu. Tonton sampai akhir karena ada pula informasi mengenai mekanisme lomba dongeng nasional untuk siswa tunanetra jenjang SMP dan SMPLB yang pengiriman video dongengnya dibuka hingga 4 Oktober.

Mari bapak / ibu guru dan orang tua dapat ajak anak didik yang tunanetra dan putra-putrinya yang sekolah di SMP umum atau SMPLB. Lumayan ada uang tunai lima juta rupiah sebagai hadiah utama. Info lengkapnya dapat klik di sini.(DPM)

Profil singkat Dimas Prasetyo Muharam

Ayah dua balita kelahiran Jakarta 33 tahun yang lalu ini tak suka menjadi yang “biasa-biasa saja”. Selain bertugas sebagai PNS di Kemendikbud-Ristek sejak 2018, waktu luangnya digunakan untuk mengelola komunitas media daring Karya Tunanetra (Kartunet.com) dan tetap produktif dengan menulis di blog www.dimasmuharam.com serta menjadi content creator di Youtube channel Dimas P Muharam. Kehilangan penglihatan sejak usia 12 tahun, tidak memadamkan semangat Dimas untuk menempuh pendidikan. Tak minder, ia  sekolah di SMP dan SMA umum hingga kuliah dan mendapatkan gelar sarjana humaniora dari jurusan Sastra Inggris, Universitas Indonesia awal 2012. 

Baca juga:  Generasi Muda Sukses Mulia in Action di Excellent Institute

Dimas juga kerap ikut lomba dan mengirimkan tulisannya ke media. Dari mulai lomba cerdas cermat bidang IPA saat SD, lomba cerdas cermat Bahasa Indonesia yang mewakili sekolah saat SMP, menjadi juara karya tulis online tingkat nasional saat SMA, dan juara lomba esai yang diadakan oleh Kementerian Sosial RI. Pengalaman tersebut membuat Dimas pede ketika diminta menjadi juri seleksi regional lomba esai internasional Onkyo Braille 2018, juga juri lomba karya puisi hari kelahiran Pancasila oleh Pusat Penguatan Karakter Kemendikbud-Ristek di 2020.

Selalu berkesan ketika Dimas diminta untuk berbagi pengalaman dan inspirasi baik di seminar-seminar luring atau media nasional seperti di Kickandy Metro TV dan SarahSechan Net TV. Namun, Dimas tetap merasa haus untuk menuntut ilmu dan ikhtiar itu terkabul dengan mendapat beasiswa kuliah master of education di the University of Adelaide dengan Australia Awards Scholarship 2020.