Tangerang – Alhamdulillah setelah sekian lama, mendapat kesempatan untuk bersalaman dan berbincang sedikit dengan orang nomer 1 di provinsi ibukota Jakarta. Setelah dulu pernah bersalaman juga dengan pak Jokowi ketika masih jadi walikota Surakarta dan Gubernur DKI, tak afdol jika tak bertemu juga dengan bapak Basuki Tjahaja Purnama atau yang sering disapa pak Ahok. Tapi yang namanya warga biasa ketemu pejabat tinggi, deretan kalimat yang mau disampaikan tiba-tiba blank karena grogi. Agak mirip saat mau ketemu gebetan lah ya. Maka dari itu, kesan dan pesan yang ingin saya sampaikan ditulis saja dalam blog ini, semoga beliau tak sengaja baca.
Kesempatan itu datang pasca mengikuti diskusi komunitas penyandang disabilitas dengan Dirut PT Trans Jakarta di Balai Agung, Jakarta (17-04). Atas bantuan mbak Ayu Kartika Dewi dari Komunitas Sabang Merauke, saya dapat bertemu dengan pak Ahok di sela-sela jadwal beliau yang padat. Waktu pertemuan tak lebih dari 5 menit, karena beliau juga sedang buru-buru ingin lanjut jadwal ke TB Simatupang. Itu yang saya dengar dari beliau.
Kesan pertama saya ketika bertemu beliau secara langsung ini adalah energik, tidak kaku, dan perhatian. Saat saya ulurkan tangan untuk berjalaman, beliau langsung menyambut tangan saya dan sepertinya sudah paham jika saya tak dapat lihat letak tangan beliau. Uniknya lagi, ketika bersalaman, cara salamannya pun tidak kaku seperti sedang ke pejabat. Malah menurut saya beliau yang mengajak cara bersalaman ala anak gaul yang jempol ketemu jempol diangkat. Saya waktu itu berkomentar “salamannya pak, biar seperti anak-anak gaul ya”. Saya ga tahu sih, tapi sepertinya beliau tersenyum. Itu menurut mbak Ayu yang bantu juga untuk ambil foto.
Dalam keadaan grogi tersebut. Paling tidak saya sempat memperkenalkan diri sejenak. Saya menceritakan bahwa saya tunanetra tidak dari lahir tapi dari kelas enam SD. Lalu saya juga lulusan dari Sastra Inggris UI. Saya juga menyampaikan jika ingin dapat berkontribusi untuk Pemprov DKI dengan kemampuan yang saya miliki. Beliau langsung menanggapi dan mengatakan ke asistennya untuk melihat kira-kira potensi seperti saya dapat berkontribusi dimana.
Tentu bukan hanya itu yang sebetulnya ingin saya sampaikan. Saya ingin ceritakan bahwa tunanetra saat ini bukan hanya dapat jadi tukang pijat dan pemusik saja. Dengan adanya teknologi komputer bicara, para tunanetra dapat mengetik, membaca buku via scanner, mengelola website dan blog, menjadi admin sosial media, berjualan online, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi. Selain itu pengalaman saya di bidang pemberdayaan difabel, saya yakin dapat dimanfaatkan Pemprov DKI untuk memperbaiki lagi layanan publik untuk para penyandang disabilitas.
Di dunia ini, orang baik dan peduli banyak. Tapi yang memikirkan masa depan orang lain dan bagaimana cara untuk memberdayakannya secara berkesinambungan tidak banyak. Maka dari itu sebetulnya saya juga ingin mengucapkan terima kasih untuk banyak hal yang sudah dimulai sejak era Gubernur Jokowi dan pak Ahok di Jakarta. Bentuk layanan Trans Jakarta berupa kartu gratis untuk 11 kelompok termasuk difabel di dalamnya dan mobil Trans Jakarta care menurut saya bentuk bantuan tersebut sifatnya produktif, tidak konsumtif seperti bansos atau BLT. Sebab dengan subsidi di bidang transportasi dan peningkatan kualitas layanan agar mudah diakses, dapat mendorong mobilitas para difabel termasuk untuk ke tempat kerja. Sedangkan jika harus langganan ojek atau taksi, tentu biayanya sangat mahal.
Saya senang dapat bertemu dan berfoto dengan bapak Ahok karena beliau sebagai gubernur DKI Jakarta. Pelayan warga Jakarta yang jumlahnya lebih dari 10 juta orang dan di dalamnya ada juga penyandang disabilitas. Saya pernah berkelakar seperti ini. Pertama saya ketemu pak Jokowi lalu bersalaman dan foto, saat beliau jadi walikota Solo. Waktu itu di awal 2012 pada acara Indonesia Young Change Maker Summit di Bandung. Tak lama setelah itu, beliau jadi gubernur Jakarta. Lalu di 2013, saya bersama komunitas JBFT menghadiri audiensi depan gubernur Jokowi. Lalu saya bersalaman dan berfoto lagi dengan pak Jokowi, dan tak lama beliau jadi presiden. Di tahun 2012 sebetulnya saya sudah juga bertemu dan bersalaman dengan pak Anies Baswedan, tapi tak sempat berfoto karena memang belum punya HP yang ada kameranya. Alamdulilla kemarin dapat bertemu dan berfoto dengan pak Ahok dengan posisi beliau saat ini sebagai gubernur Jakarta. Tak tahu apa yang akan dialami beliau ke depan, hanya berharap yang terbaik untuk orang-orang yang baik.(DPM)
wah selamat, bisa bersalaman dengan pak Ahok, mumpung masih menjabat. Oh ya sebenarnya saya sering lihat blog ini bersliweran di twitter tapi baru sekarang bisa mampir dan berkomentar di sini. Btw banyak juga ya pengalaman dan prestasi mas Dimas ini : ) salam kenal dari Banjarnegara…..
halo mas Hendi. terima kasih banyak sudah berkunjung. Iya, Alhamdulillah dapat kesempatan untuk setidaknya mengucapkan terima kasih ke beliau sebagai gubernur yang masih menjabat, bukan sebagai kandidat Pilgub, atas apa yang sudah beliau kerjakan untuk teman2 difabel. sekecil apapun tetap perlu diapresiasi dan semoga dapat menginspirasi yang lain 🙂