Mengapa Inklusi Adalah Strategi Ekonomi, Bukan Sekadar Amal
Dalam diskusi kebijakan publik maupun strategi bisnis, aksesibilitas seringkali ditempatkan di pos "Tanggung Jawab Sosial" (CSR). Padahal, data menunjukkan bahwa inklusi adalah pendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Kalkulator di atas dirancang untuk memvisualisasikan apa yang disebut sebagai The Cost of Exclusion (Biaya Pengabaian).
Memahami "The Purple Pound"
Di Inggris, daya beli rumah tangga yang memiliki penyandang disabilitas dikenal sebagai The Purple Pound, yang nilainya diperkirakan mencapai £274 miliar per tahun. Di Indonesia, dengan jumlah penyandang disabilitas yang mencapai jutaan jiwa, potensi pasar ini sangat besar namun seringkali tidak tergarap (untapped market).
Ketika sebuah website e-commerce tidak memiliki label pada tombolnya (sehingga tidak terbaca screen reader), atau sebuah toko fisik tidak memiliki bidang miring (ramp), bisnis tersebut secara efektif menolak uang dari 15% populasi.
Click-Away Pound: Kerugian Digital
Fenomena Click-Away Pound terjadi ketika pengguna dengan kebutuhan aksesibilitas meninggalkan sebuah website karena website tersebut sulit digunakan, dan beralih ke kompetitor yang lebih aksesibel. Studi menunjukkan bahwa 71% pengguna disabilitas akan langsung meninggalkan website yang tidak aksesibel.
"Aksesibilitas bukan tentang membatasi kreativitas desain, melainkan tentang menghilangkan hambatan konsumsi. Bisnis yang inklusif memenangkan loyalitas pelanggan yang sering diabaikan oleh kompetitornya."
Investasi vs Biaya
Memperbaiki aksesibilitas sering dianggap mahal. Namun, perbaikan seperti peningkatan kontras warna, penambahan alt text, dan struktur heading yang jelas, sebenarnya juga meningkatkan performa SEO (Search Engine Optimization) secara drastis. Google menyukai website yang aksesibel karena struktur datanya jelas. Jadi, investasi pada inklusi adalah investasi pada keterlihatan bisnis Anda secara umum.